Wednesday, April 23, 2008

Antara Cinta dan Dosa

Sore itu selepas pulang kantor, Dony nampaknya seperti linglung. Rupanya ia
sedang kesal atas sikap rekan sekerjanya tadi ketika meeting dengan dewan
direksi membahas program yang ia ajukan.
Pada saat tanya jawab, salah seorang manager dari bagian keuangan yang bernama
Ratna mengajukan berbagai pertanyaan yang menyudutkan dan cenderung menjegal
semua ide-idenya. Dony menganggap semua itu sama sekali tidak relevan dengan apa
yang ia presentasikan. Ia heran kenapa wanita itu selalu saja beroposisi
dengannya dan selalu mempersulit setiap urusan yang ada kaitannya dengan unit
kerja wanita itu.
Dony sendiri tak tahu kenapa sebabnya ia bersikap seperti itu padanya. Ia
mengira-ngira apakah ini karena ia tak pernah begitu memperhatikannya padahal
lelaki-lelaki lain di kantorku berlomba-lomba untuk menarik perhatian wanita
yang selalu berpenampilan trendy dan menjurus seksi ini. Dony pun tak memungkiri
bahwa Ratna merupakan wanita yang menarik, cantik dan pintar. Awalnya Dony
tertarik juga kepadanya namun setelah melihat orangnya agak sombong dan
meremehkan lelaki-lelaki yang mencoba mendekatinya, ia jadi kurang respek hingga
akhirnya lebih banyak menghindar darinya.
Pikiran Dony masih tak karuan, matanya menatap kosong ke arah jalanan dari balik
kaca mobilnya. Ia bingung sendiri. Mobilnya meluncur dengan kecepatan sedang
tanpa arah. Jalanan yang biasa ia lalui menuju rumah telah kelewatan sejak tadi.
Pulang ke rumah juga mau ngapain, pikir Dony. Anak dan istri lagi pulang kampung
selama liburan sekolah ini. Katanya ingin berlibur di rumah kakek dan neneknya.
Tiba-tiba Dony membelokkan mobinya ke arah suatu tempat yang nampaknya seperti
sebuah hotel. Nampak di pelataran parkir berjejer mobil-mobil mewah. Dony segera
memarkirkan mobilnya di sana lalu turun dan berjalan ke sebuah bar yang terletak
di samping lobby hotel itu. Ia langsung masuk.
Terdengar suara hingar bingar musik yang memekakan telinga begitu pintu terbuka.
Dony berjalan tanpa melirik ke kiri kanan dan langsung duduk di sebuah kursi
bar.
"Gin tonic in the rock," pintanya tanpa pikir panjang kepada bartender.
Ia sendiri sebenarnya kaget juga mendengar ucapan dari mulutnya, padahal sudah
bertahun-tahun sejak sebelum menikah ia tak pernah lagi menyentuh minuman
beralkohol. Tetapi kenapa tiba-tiba ia memesan minuman seperti itu?
"Malam Boss," sapa bartender itu dengan ramah sambil menyodorkan minuman
pesanannya.
"Malam," balas Dony seraya meraih gelas dan langsung menenggaknya sampai habis
lalu menyodorkan lagi kepada bartender untuk minta tambah.
Bartender itu tersenyum melihat tingkah Dony. Rupanya ia sudah terbiasa melihat
tingkah orang-orang seperti Dony ini di barnya.
"Suntuk kayaknya malem ini ya Boss," katanya mencoba untuk mengajak ngobrol,
sesuai dengan tugasnya sebagai bartender yang umumnya merupakan tempat untuk
curhat bagi tamu-tamu bar.
"Yaaaahhhh.., gua lagi empet nich. Dari pada pusing lebih baik happy-happy aja
dech," jawab Dony kembali meneguk gelas kedua. Kali ini minuman itu masih
bersisa sedikit. Mukanya nampak mulai memerah, minuman beralkohol itu begitu
cepat mempengaruhi kesadarannya.
Dony kembali ngobrol dengan bartender itu. Meskipun ucapan-ucapannya sudah
ngaco, tetapi bartender itu masih tetap meladeninya dengan baik dan menambah
kembali minuman di gelas Dony. Tanpa terasa telah 4 gelas diteguknya.
Obrolan mereka nampaknya semakin menghangat, terdengar gelak tawa mereka
berkali-kali sehingga menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Begitu
melihat keadaan Dony, orang-orang itu tersenyum-senyum maklum. Tetapi ada
seorang wanita cantik yang duduk di pojok kafe itu sejak tadi memperhatikan
tingkah laku Dony.
Ia lalu bangkit dari duduknya dan datang menghampiri.
"Hai, kayaknya asyik banget ngobrolnya. Boleh dong bergabung," sapanya kepada
Dony sambil menepuk-nepuk pundaknya dan duduk persis disampingnya.
Dony menengok kaget karena tepukan halus di pundaknya itu. Begitu matanya
memandang wajah wanita itu, ia bertambah kaget. Sama sekali tak menyangka akan
bertemu di tempat seperti ini..
"Oh! Hai," balas Dony tidak bersemangat begitu mengetahui wanita yang datang itu
adalah Ratna. Wanita yang menjadi penghalang programnya di kantor tadi siang.
Melihat sikap Dony yang tidak bersahabat seperti itu, si bartender malah
keheranan. Padahal mereka tadi sedang membicarakan apa yang akan dilakukan
seandainya ada cewek cantik yang mau bergabung dengan mereka. Kini justru
setelah ada cewek cantik dan seksi seperti itu malah dicuekin. Ia geleng-geleng
kepala oleh sikap Dony yang menurutnya aneh.
"Rupanya suka juga nongkrong di sini, ya?" Tanya Ratna memulai pembicaraan.
"Ya begitulah...," jawab Dony datar sambil meminta tambah minumannya lagi.
"Jangan banyak-banyak, kamu sudah mabok lho," katanya kemudian memperingatkan.
"Emang nape?" tanya Dony sembari mendelik.
Ratna hanya tersenyum saja mendengar gaya omongan Dony yang lain dari pada
biasanya. Maklum lagi mabok, demikian kata Ratna dalam hati.
"Jangan frustrasi gitu dong," ucap Ratna dengan lembut seraya mengelus pundak
Dony.
Meski terdengar lembut ucapan itu, tapi di kuping Dony bagaikan suara geledek.
Ia mulai mengungkit masalah yang sebenarnya ingin ia lupakan saat itu.
Dipandangnya wajah Ratna dengan mata sedikit melotot.
"Hei, denger! Gua nich lagi happy-happy. Siapa bilang frustrasi? Nggak ada dech
dalam kamus gua," jawab Dony sengit.
Giliran Ratna yang kini sengit begitu mendengar jawaban angkuh seperti itu. Ia
jadi terpancing untuk memperpanjang persoalan mereka di kantor. Mereka akhirnya
berdebat sengit, kalau saja si bartender tidak menengahinya tentunya mereka akan
bertengkar hebat.
"Udah lah Boss," kata si bartender. "Nggak usah bertengkar, kita di sini khan
buat senang-senang. Ngapain mesti ribut-ribut gitu, benar khan Non?" katanya
kemudian kepada Ratna.
Dony diam tak menjawab. Dia hanya menunduk untuk kemudian meneguk kembali
minumannya hingga habis. Ratna menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya
yang sudah terpancing emosinya. Ia lalu memberi isyarat kepada si bartender
untuk mengisi gelasnya dengan minuman yang sama. Ia pun menenggak minuman itu
sekaligus seolah ingin mendinginkan hatinya yang panas. Sebenarnya ia tidak
pernah minum minuman beralkohol seperti itu. Begitu minuman itu melewati
tenggorokannya, ia rasakan tubuhnya menjadi panas. Ia kegerahan. Lalu ia
melepaskan blazernya.
Si bartender melirik kagum menyaksikan tubuh indah yang hanya berbalut tank-top
tipis yang menempel ketat itu. Bola matanya sedikit mendelik melihat kain tipis
yang sudah basah oleh keringat mencetak jelas bentuk payudaranya yang membusung
indah itu. Meski penerangan di bar itu amat temaram, pandangannya masih sempat
melihat tonjolan kecil mencuat nakal dari balik tank-top itu. No bra, man! Jerit
si bartender dalam hati dengan senang.
"Apa loe liat-liat!" gertak Ratna saat memergoki mata nakal si bartender itu
menggerayang ke arah dadanya.
"Sorry Non," katanya seraya mengalihkan pandangan dan bergeser ke dekat Dony
lalu berbisik-bisik.
Mereka kemudian tertawa ngakak sambil sekali-sekali melirik ke arah Ratna.
Melihat dirinya menjadi bahan tertawaan dan meski ia tidak mendengar apa yang
mereka bisikkan, tetapi Ratna tahu persis apa yang sedang mereka tertawakan.
Dengan kesal ia layangkan tinju ke arah pundak Dony.
"Eiiittt!" Dony buru-buru menangkap kepalan tangannya yang hendak mendarat di
pundaknya. "Kok gua yang jadi sasaran?"
"Loe memang kurang ajar!" jerit Ratna dengan suara ditahan karena takut akan
menjadi tontonan orang lain.
"Mestinya dia tuh..," kata Dony menengok ke arah si bartender. "Eh kemana dia?
Akh sialan!" lanjutnya ketika melihat si bartender itu sudah berada jauh di
ujung bar sedang melayani tamu lain. Ia melirik sebentar sambil tersenyum-
senyum.
"Kamu nich kenapa? Morang-maring nggak karuan," lanjutnya. "Kita happy aja?"
"Bodo!" jawab Ratna ketus seraya menarik tangannya dari pegangan Dony.
Dony malah mempererat pegangannya. Ratna menarik-narik. Mereka akhirnya jadi
tarik-tarikan. Tanpa sepengetahuan Ratna, mata Dony menangkap sesuatu yang
begitu mengasyikan saat wanita itu berkutat melepaskan tangannya. Tubuhnya jadi
berguncang-guncang sehingga membuat payudaranya yang nampak tidak memakai bra
itu jadi ikut-ikutan berguncang. Berayun-ayun kesana kemari dengan indahnya.
Dony menghela nafas untuk menenangkan goncangan di dadanya akibat pemandangan
ini. Sementara matanya tak bisa dialihkan pandangannya dari sana. Pikirannya
jadi menerawang dan berandai-andai seperti apa gerangan apabila bagian tersebut
tak terhalang oleh kain tipis lagi. Bayangannya semakin jauh melayang.
"Idih matanya sama kurang ajarnya!" kata Ratna sambil menjewer telinga Dony.
"Aduh, aduh...iya, ya...., ya," kata Dony kesakitan dan melepaskan pegangan
tangannya.
Ratna segera menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya. Dony mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Ratna. Nampak wajah itu memerah. Malu kali. Salah
sendiri kenapa pake pakaian seperti itu, kata Dony dalam hati kesenangan. Namun
ketika memandang wajah itu, Dony agak kesengsem juga. Dalam keadaan seperti itu
kecantikannya semakin mempesona saja dimata Dony.
"Cantik sekali," ucap Dony perlahan sekali. ucapan itu keluar begitu saja tanpa
disadari.
Meski suara itu amat perlahan dan tertimpali oleh suara musik di ruangan, namun
Ratna sempat mendengarnya juga. Hatinya senang juga mendengar pujian yang
terucap tanpa sengaja itu. Berarti tidak dibuat-buat. Entah kenapa jantungnya
sempat berguncang juga. Kok jadi gini sich, cetus Ratna dalam hati malu dengan
perasaannya sendiri.
"Berani amat ngomong gitu ama gua?" kata Ratna. Meski ucapannya masih kasar
namun nadanya terdengar jauh lebih lembut dari sebelumnya.
"Memang kamu cantik kok," kata Dony menimpali semakin berani.
Dipandangnya mata Dony dengan penuh selidik. Kenapa ia jadi berbalik seperti
itu? Apa dia masih juga ingin mempermainkan aku lagi? Demikian kata Ratna dalam
hati bertanya-tanya. Ia khawatir pria yang ia akui memang menarik namun sombong
ini masih mau membalas perbuatannya ketika meeting tadi siang.
Dulu, ketika pertama kali mereka berkenalan, Ratna sempat tertarik olehnya. Saat
itu ia melihat Dony begitu simpatik, ramah dan ganteng. Ekh, kenapa gua jadi
berpikir yang enggak-enggak sich? Tiba-tiba egonya muncul lagi. Gengsi dong!
"Ngomong apa sich? Ngaco kamu," jawabnya ketus kembali meski dengan hati deg-
degan. Diam-diam matanya melirik ke arah wajah Dony.
Baru sekarang ini ia bisa memperhatikannya dari jarak dekat. Tampan juga,
demikian kata hatinya. Ia jadi salah tingkah sendiri.
"Ratna, kenapa kita harus selalu bertengkar. Kita ini khan kolega yang harus
bisa saling kerja sama, ya khan?" ucap Dony memulai untuk berbaikan dengannya.
"Lagi pula kita bisa bersahabat, dari pada harus bermusuhan seperti ini. Bosen
rasanya."
Baru kali ini ia mendengar Dony mengucapkan namanya dengan langsung. Selama ini
ia selalu menyebutnya dengan panggilan Ibu atau sama sekali tidak. Ratna
memiringkan tubuhnya dari tempat duduknya sehingga menghadap ke arah Dony. Kali
ini ia sudah tidak malu-malu lagi untuk menatapnya. Mendengar perkataan itu,
nampak wajah Ratna sudah tidak seketus seperti apa yang selalu ia perlihatkan
kalau berhadapan dengannya. Malah tersungging sebuah senyuman di bibirnya. Ia
tak menyadari perubahan itu namun ia melihat Dony seakan terpesona saat
memandang dirinya. Duh kenapa lagi nich, ucap Ratna dalam hati begitu mendadak
merasakan darahnya berdesir oleh situasi ini.
"Aku juga bosen, Don," jawabnya hampir tak terdengar. Tatapan mata Ratna semakin
lembut. Namun ia segera memalingkan mukanya. Hatinya tiba-tiba khawatir, ya
ampun jangan sampai!
"Oke dech. Kita baikan mulai dari sekarang," kata Dony seraya menyodorkan
tangannya untuk bersalaman.
Ratna tak segera menyambutnya. Ia memandang sejenak ke arah uluran tangan Dony.
Kemudian ia melirik ke wajahnya. Baru kali ini Ratna melihat wajah itu
tersenyum. Manis sekali, akunya jauh dalam hatinya. Tatapan matanya begitu
menyejukan, ooh andaikan saja...!
"Masih ngambek?" Tanya Dony khawatir begitu melihatnya tak bereaksi atas uluran
tangannya.
Ratna segera tersadar dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah karena malu,
jangan-jangan Dony bisa menebak apa yang tengah ia pikirkan. Ia segera menyambut
uluran tangan itu dan menjabatnya dengan erat sambil tersenyum lepas.
Melihat itu Dony pun tersenyum senang. Tanpa ia sadari ia cium pipi Ratna dengan
lembut. Gerakan ini sama sekali diluar dugaan Ratna, ia terperangah tanpa bisa
berbuat apa-apa saat dicium seperti itu dan baru sadar setelah semuanya berlalu.
"Berani-beraninya, Don?" ucapnya tapi dengan nada yang lembut. Tak terlihat
kemarahannya atas perbuatan Dony yang begitu spontan.
"Sorry, Na. Gua nggak bisa nahan diri," jawab Dony agak menyesal. Khawatir
‘perdamaian’ yang sudah dicapai kembali hancur gara-gara perbuatan konyolnya.
"Ya udah," balas Ratna tanpa komentar.
Dony benar-benar menyesal dengan ulahnya barusan. Ia mengira Ratna kembali marah
dan akan membencinya. Melihat sikap Dony yang langsung terdiam membuat Ratna tak
enak hati juga.
"Eh yo kita minum lagi," tiba-tiba Ratna memecah kesunyian di antara mereka
seraya memanggil bartender untuk mengisi kembali gelas mereka.
"Ya, ayo kita rayakan hari ini dengan minum!" teriak Dony gembira melihat
perubahan ini.
Suasana sekarang jauh berbeda dengan sebelumnya. Mereka ngobrol sambil tertawa-
tawa gembira seakan ingin melepaskan semua ganjelan yang ada di hati masing-
masing. Tak jarang mereka saling rangkul dan saling cubit disela-sela
obrolannya. Tinggalah si bartender yang terheran-heran melihat tingkah mereka
yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat
keakraban mereka. Sinting kali, demikian runtuknya dalam hati.
Tanpa terasa malam semakin larut namun suasana justru semakin meriah, apalagi
kini sudah muncul home band tampil membawakan lagu-lagu yang mengundang para
tamu untuk bergoyang. Tak ketinggalan Dony dan Ratna, mereka mulai terbawa
suasana hingar bingar. Dony segera menarik tangan Ratna untuk bergoyang. Mulanya
Ratna ragu tapi ia lalu mengikuti ajakannya. Mereka turut bergabung dengan
pasangan-pasangan lain di depan panggung. Hiruk pikuk suara musik dan tawa
pengunjung justru membuat suasana semakin panas saja. Tubuh mereka sudah basah
bermandikan keringat. Bahkan Dony tanpa malu-malu membuka seluruh kancing
bajunya hingga terlihat dadanya yang bidang itu ditumbuhi bulu-bulu. Ratna agak
tersipu juga menyaksikan kegilaan Dony ini. Sambil bergoyang, sekali-sekali
Ratna melirik ke arah Dony yang sudah bertelanjang dada itu. Terlihat begitu
macho, demikian puji Ratna dalam hati sambil membayangkan bagaimana kalau ia
menyandarkan kepalanya di sana. Akh.., akh..., lagi-lagi aku berpikir yang
enggak-enggak!
Meski Dony dalam keadaan setengah teler dan dalam suasana yang hiruk pikuk itu,
ia masih bisa melihat apa yang sedang diperhatikan koleganya yang cantik dan
seksi ini. Apalagi ketika ia melirik bagian dadanya. Ia melihat benda kembar
yang membusung penuh itu turut berguncang seiring hentakan musik. Bahkan tank-
top berbahan kain tipis dan sudah basah oleh keringat itu mencetak jelas bentuk
payudaranya yang indah. Meski cahaya di sana sangat terbatas, mata Dony sempat
menikmati putingnya yang mencuat begitu menggairahkan.
Mereka mungkin saja menyadari bahwa mereka sedang berusaha untuk saling menarik
perhatian melalui gerakan dan isyarat-isyarat seksual. Hanya saja ada kendala
yang membuat mereka berpikir panjang untuk mewujudkannya.
Apa mereka dapat menghindarkan semua itu? Enggak tahu dech! Begitu kira-kira
pikiran mereka. Sudah beberapa lagu mereka ikuti dan nampaknya Ratna sudah agak
kepayahan lalu mengajak Dony untuk istirahat.. sambil berpelukan mereka berdua
kembali ke tempat duduk. Entah karena pengaruh alkohol atau lainnya, mereka
sudah tidak merasa risih bertingkah bak sepasang kekasih yang sedang dimabuk
cinta.
Tak lama setelah mereka mengendurkan sensasi-sensasi selama bergoyang tadi, Dony
lalu menarik wajah Ratna dan membisikan sesuatu ke telinganya. Ratna tertawa dan
dengan genit mencubit pinggang Dony hingga mengaduh kesakitan. Entah apa yang
dibisikan Dony padanya hanya kemudian Ratna terlihat mengangguk malu-malu untuk
kemudian berdiri diikuti oleh Dony yang mengajaknya pergi dari tempat itu.
Di tempat parkir mereka segera masuk ke mobilnya masing-masing. Dony segera
menjalankan mobilnya diikuti oleh mobil Ratna dari belakang. Mobil mereka
beriringan menyusuri jalan-jalan mulus yang nampak lengang berbeda apabila di
siang hari. Tak sampai setengah jam mobil mereka sudah berada di pelataran
parkir yang menghadap ke laut. Mobil mereka parkir berdampingan. Ada beberapa
mobil di sekitar mereka, namun jaraknya agak berjauhan. Nampaknya tempat ini
memang merupakan tempat orang berpacaran.
Tak lama kemudian, Dony turun dari mobilnya. Cuaca malam itu terasa dingin
karena hujan mulai rintik-rintik berjatuhan. Ia segera membuka pintu mobil Ratna
dan langsung masuk.
"Ufh dingin juga," kata Dony sambil mengibas-ngibas bajunya yang sedikit basah
oleh air hujan.
"Hei Don! Ngapain loe ngajak gua kemari?" belum sempat Dony menutup pintu
kembali, Ratna sudah memberondongnya dengan pertanyaan seperti itu.
"Gua sich maksudnya supaya bisa ngobrol dengan tenang, jauh dari kebisingan.
Sambil menikmati pemandangan indah ke sana," jawab Dony sembari menunjuk ke arah
laut lepas yang nampak terang meski gerimis.
Pandangan Ratna mengikuti arah telunjuk Dony. Ia menghela nafas panjang
menyaksikan keindahan pemandangan itu. Tanpa terasa ia membayangkan bila
keindahan seperti ini benar-benar bisa ia nikmati dengan orang yang dicintainya.
Tentunya sungguh membahagiakan. Mendadak roman wajahnya berubah, nampak sekali
kesedihan di raut wajah manisnya.
"Lho kok jadi sedih? Apa gua salah ngomong?" tanya Dony ketar-ketir.
"Enggak Don. Gua cuman..," Ratna tak meneruskan kata-katanya. "Akh sudahlah.
Don?" panggilnya sambil menoleh ke arah Dony dengan pandangan sayu, "Kamu sadar
khan kalau kita ini masing-masing sudah berkeluarga," lanjutnya.
Pertanyaan Ratna terdengar oleh Dony bagaikan petir yang menyadarkannya dari
suasana ini. Dony langsung terdiam dan pikirannya langsung teringat akan anak
dan istrinya yang tengah berlibur di rumah neneknya.
"Loe bener, Na," jawab Dony perlahan sekali.
"Loe inget mereka ya? Certain dong tentang mereka," pinta Ratna.
"Ya gua inget mereka," jawab Dony kemudian menceritakan tentang keluarganya.
"Loe beruntung Don," komentar Ratna.
"Ya gua beruntung. Nah bagian loe sekarang certain,’ tanya Dony kemudian.
Sebelum menjawab, Ratna kembali menghela nafas berat. Dengan pandangan kosong ke
arah laut, ia mulai bercerita bahwa dulu ia dinikahkan oleh orang tuanya tanpa
didasari rasa cinta sama sekali. Dony terperangah saat ia menyebutkan bahwa
lelaki yang dinikahinya adalah pemilik saham mayoritas perusahaan tempatnya
bekerja. Ratna memang sengaja meminta kepada suaminya agar orang di kantor tidak
tahu siapa dia sebenarnya supaya tidak membuat semua orang rikuh dan agar ia
bisa lebih professional dalam bekerja.
"Don aku minta supaya kamu tetap bersikap seperti kamu belum tahu siapa aku
sebenarnya," pinta Ratna wanti-wanti. Ia tak ingin sikap Dony yang sudah amat ia
sukai berubah karenanya.
Dony menganguk tak pasti karena jauh dalam hatinya ia sedikit ngeri oleh si
pemilik saham yang konon sangat berkuasa dalam menentukan apa pun di perusahaan
tempatnya bekerja. Bagaimana kalau ia tahu bahwa dirinya kini tengah berduaan
dengan istrinya dalam mobil malam-malam begini.
"Kau tak perlu takut ketahuan oleh suamiku. Ia sedang di Amerika sampai bulan
depan," kata Ratna kemudian seolah tahu persis apa yang menjadi pikiran Dony
saat itu. "Aku sudah lama ingin meceritakan semua ini kepada orang yang bisa
kupercaya."
Dony agak tersanjung juga oleh ucapan itu. Akhirnya ia mendengarkan semua keluh
kesah Ratna sampai ke hal-hal yang paling pribadi sekalipun. Rupanya Ratna
memang sudah merasa percaya pada Dony hingga ia tak sungkan lagi menceritakan
bagaimana tertekannya hidup dirinya. Ia ternyata merupakan istri kedua. Awalnya
memang kehidupan mereka normal saja, namun seiring dengan berjalannya waktu
sehingga umur sang suami pun semakin bertambah tua. Perbedaan umur mereka cukup
mencolok bahkan bisa dibilang ia lebih pantas menjadi anak atau bahkan cucunya.
Meski tidak secara gamblang diceritakan, Dony sudah bisa menebak bahwa sang
suami sudah tak mampu memberikan nafkah bathin padanya. Terlebih lagi, katanya,
sang suami kini lebih sering berada di keluarga istri pertama. Ratna seringkali
ditinggal sendiri di rumah mewahnya, tanpa anak dan hanya ditemani oleh
pembantunya. Ia, katanya kemudian, ingin agar suaminya melepaskan saja dirinya.
Ratna tak mampu meneruskan ceritanya lagi. Ia menangis tersedu-sedu. Mendengar
tangisnya yang begitu menyayat, Dony dapat merasakan kepedihannya, bathinnya
yang amat tertekan selama ini nampaknya baru bisa ditumpahkan sekarang ini. Dony
tak tahu mesti berbuat apa melihatnya seperti itu yang semakin lama semakin
memilukan saja tangisannya.
Secara naluri ia lalu menarik pundak Ratna dan merengkuhnya dalam pelukan.
Tangis Ratna semakin menjadi-jadi ketika Dony menyuruhnya untuk menumpahkan
segala kepedihan melalui tangisan untuk melegakan perasaannya. Tanpa terasa
tangan Dony ikut mengelus-elus rambutnya dengan lembut dan penuh perasaan.
Sikap Dony yang begitu penuh perhatian membuat Ratna terhanyut perasaannya. Ia
lalu mendongakkan wajahnya dan memandang wajah Dony dengan tatapan sayu. Dony
balas menatapnya. Lalu ia mengusap air mata yang bercucuran di pipinya. Ratna
melenguh tak jelas sambil menyentuh bibir Dony dengan jemarinya yang halus.
"Don..," lenguhnya perlahan hampir tak terdengar.
Tatapan mata mereka saling bertemu sejenak. Tak ada ucapan yang keluar dari
bibir mereka. Semuanya mereka tumpahkan melalui tatapan itu. Lalu entah siapa
yang memulai, tahu-tahu kedua wajah mereka saling mendekat dan selanjutnya bibir
mereka saling bersentuhan. Ratna melenguh panjang. Perasaannya seakan melayang
jauh entah kemana meninggalkan dunia nyata yang dihadapinya. Awalnya mereka
hanya saling menyentuhkan bibir saja. Namun ketika Ratna mulai menciumnya dengan
penuh perasaan, Dony tak mampu mengendalikan diri lagi. Ia balas dengan
kehangatan yang sama bahkan menjurus panas. Ratna tak mau kalah dan balik
membalasnya. Akhirnya mereka lupa diri akan siapa diri mereka sebenarnya dan
nampaknya kalaupun terbersit sejenak kesadarannya, apakah mereka mampu
menghentikannya begitu saja?
Suasana di luar pun sudah berubah. Hujan yang tadi hanya rintik-rintik saja kini
sudah mulai membesar sehingga membuat kabut di seluruh kaca mobil dimana kedua
insan ini berada. Suasana yang sangat mendukung ini membuat mereka bertambah
panas. Mereka tidak hanya berciuman saja. Mereka sudah saling meraba, mengelus
dan berbuat apa saja yang mengakibatkan gairah mereka semakin membara.
Ratna yang kesehariannya selalu berwibawa, anggun dan lembut tutur sapanya, kini
berubah seperti singa betina liar yang kehausan di tengah padang pasir kering.
"Ooohhh... ookkkhhhh, Don...," desahnya semakin menggairahkan. Dipeluknya tubuh
Dony dengan erat seolah khawatir lepas darinya.
Dony tak menyahut. Ia balas memeluk dan tangannya mulai mencari-cari ke sekujur
tubuh wanita cantik ini. Tangannya lalu menelusup lewat bagian bawah tank-
topnya, merayap ke atas perut lalu merambah ke payudaranya yang tak memakai bra.
Jemarinya menjelajah ke seluruh permukaan halus kulit buah dadanya yang terasa
semakin membusung saja sesaat setelah terkena sentuhannya.
Ratna mendesah, kepalanya melengak ke belakang sehingga dadanya membusung ke
arah wajah Dony. Disodorkan seperti itu, Dony tak tinggal diam. Disingkapnya
tank-top itu sehingga dadanya terbuka lebar. Dony mendecak kagum menyaksikan
kedua bukit kembar itu membusung penuh, kedua putingnya nampak sudah mengeras
dan mencuat ke atas. Pemandangan ini sungguh sangat menggairahkan sekali dan
amat mengundang. Setelah puas memandangi keindahannya, Dony segera membungkuk
agar bibirnya dapat menciumi buah dada itu. Desahan Ratna semakin menjadi-jadi,
kepalanya semakin melengak ke belakang seakan memberikan keleluasan pada Dony
untuk menikmati semua miliknya itu.
"Auuuhhhh...., teruuuussss, yaaa iseeeeppphhfff..." ucapan Ratna semakin tak
karuan merasakan kenikmatan ini, apalagi saat Dony menghisap putingnya sementara
tangan kanannya meremas-remas dengan lembut buah dada yang satunya lagi.
Dalam keadaan seperti ini mana mungkin Dony menghentikan perbuatannya meski
dalam keadaan sadar sekalipun. Apalagi alkohol dari minuman di bar tadi masih
mempengaruhi dirinya. Ia pun lepas kendali, tanpa memikirkan siapa dirinya,
siapa wanita yang tengah dicumbunya dan siapa pula suami wanita itu, Dony terus
menggerayang ke bagian-bagian paling sensitif milik wanita ini.
Akibatnya sungguh luar biasa, Ratna semakin liar saja. Tubuhnya meliuk-liuk
seolah ingin agar tak pernah luput dari setiap sentuhan Dony. Suasana di dalam
mobil yang serba terbatas itu semakin panas kala tangan kiri Dony mulai
menelusup di balik roknya dan merayap perlahan di atas pahanya. Nafas Ratna
semakin memburu seiring dengan semakin mendekatnya elusan jemari Dony ke pangkal
pahanya. Ia justru sudah merasakan bagian itu basah. Ratna membuka kedua kakinya
agar tangan Dony dapat dengan leluasa menyelinap ke dalam CD-nya.
"Ouugghhhfff..." jerit Ratna melengking saking nikmatnya saat jari Dony
menyentuh bagian yang sudah lembab itu. Ia dorong tangan Dony masuk lebih dalam.
Jemari Dony mulai menyentuh-nyentuh bibir vaginanya. Terasa sudah basah. Jarinya
menyeruak bulu-bulu yang terasa begitu lebat di seputar liang itu. Kemudian
menyusuri belahannya, dielusnya perlahan, bergerak naik turun sambil menusuk
sedikit demi sedikit.
"Oohhh Don! Enakkkhhh sekaliiiiii..!" jerit kenikmatan meluncur deras dari bibir
Ratna kala ujung jempol Dony mengusap kelentitnya.
Pinggul Ratna bergoyang mengikuti irama gerakan jempol Dony yang begitu lihai.
Tubuhnya meliuk-liuk menahan rasa nikmat yang sudah lama tak ia alami.
Membayangkan hal itu, ia jadi teringat apa yang terlewatkan. Tangannya lalu
menjulur ke bawah. Mula-mula diletakan di atas paha Dony, lalu merayap naik
perlahan. Tangan Ratna berhenti di pangkal pahanya, meremas-remas sejenak untuk
kemudian naik kembali. Matanya agak mendelik begitu menyentuh bagian yang sudah
mengeras di balik celana Dony. Matanya semakin berbinar membayangkan bagaimana
bentuknya jika sudah telanjang nanti.
"Don!?" pekiknya setengah terperangah.
"Kenapa, Yang?" tanyanya heran.
"Nggak.. akh..., bukain ya?" tanyanya kemudian.
Sebenarnya ia tak perlu minta izin dahulu dalam keadaan begitu sudah pasti Dony
sama sekali tak keberatan. Dan memang tanpa menunggu jawaban, jemarinya yang
lentik itu menarik ritsluiting celana Dony kemudian merogoh ke dalam.
"Ehhmmm...," lenguhnya.
Nampaknya ia begitu senang mendapatkan apa yang selama ini ia cari-cari. Begitu
keras! Jemarinya kemudian membelai-belai sepanjang batang yang masih terhalang
celana dalamnya. Belaiannya berubah menjadi remasan. Dari bibir Ratna keluar
desis-desis penuh kenikmatan seiring dengan gerakan jari Dony yang mulai menusuk
ke dalam liang memeknya. Kenikmatan yang ia rasakan semakin lengkap karena sejak
dari tadi mulut Dony tak pernah berhenti mengemot puting susunya.
Ratna tak mau dibilang egois karena hanya mementingkan kenikmatan sendiri. Ia
lalu mengais celana dalam Dony dan meraih batang kemaluannya yang besar itu ke
dalam genggamannya. Meski ia tidak bisa melihat ke bawah, tapi ia bisa merasakan
betapa besar dan panjang batang milik Dony itu. Dengan lembut ia mulai mengocok
batang itu.
Giliran Dony yang kini menggelinjang merasakan remasan dan kocokan tangan lembut
milik wanita cantik itu. Ia sangat lihai melakukannya, apalagi saat telunjuknya
mengusap-usap moncongnya. Terasa ngilu saking enaknya. Dony tak mau kalah,
gerakan jemari di dalam liang memek Ratna semakin menggila, menerobos ke seluruh
relung-relung kewanitaannya. Merambah ke bagian-bagian yang menggerinjal.
Terdengar nafas Ratna mulai megap-megap menghadapi semua itu. Rasanya tak akan
bertahan lama lagi karena bagian yang tak pernah tersentuh pun, kali ini tak
terlewatkan oleh serangan jemari Dony. Pinggul Ratna bergoyang liar, meliuk-liuk
mengimbangi gerakan jemari Dony.
Sementara itu, tangan Ratna pun tak tinggal diam. Tangannya terus mengocok
dengan gerakan yang semakin lama semakin cepat. Mereka rupanya tengah berlomba
untuk memberikan yang terbaik. Tubuh mereka bergoyang-goyang liar sehingga
membuat mobilnya pun ikut-ikutan goyang. Untunglah hujan cukup deras mengguyur
bumi sehingga menghalangi pemandangan apa yang tengah terjadi di dalam mobil.
Bahkan pekikan kenikmatan yang meluncur dari mulut Ratna yang cukup kencang itu
pun sama sekali tidak sampai terdengar keluar.
Tak berapa lama kemudian Ratna mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga jari
Dony melesak jauh ke dalam, kedua kakinya dikempitkan sehingga menjepit tangan
Dony diam tak bergerak jauh di dalamnya. Diiringi jeritan kecil panjang,
tubuhnya bergetar keras ketika ia mencapai titik puncak kenikmatannya.
"Oouugghhff..........! Dooonnnn, enaaaaakkkkk!"
Sreeeeeetttttt....., sreeet..., ssrrreeeettttttt!!!!!
Ratna merasakan air maninya menyembur berkali-kali untuk yang pertama kalinya
sejak suaminya tak memiliki gairah lagi. Luar biasa sekali ekspresi wanita
cantik ini. Begitu menggairahkan, begitu dahsyat.
Rupanya luapan kenikmatan Ratna berpengaruh banyak pada diri Dony. Ia merasakan
batangnya terasa kelu. Tubuhnya bergejolak hebat. Pantatnya bergerak naik turun
mengimbangi kocokan tangan Ratna pada batangnya dan... akh....., akh, akh.....
Creeeeeettttt! Creeetttt!!! Creeeetttt!
Dony mengeluarkan suara geraman berat begitu dari kemaluannya menyemburkan
cairan kental berkali-kali. Ratna terus mengocoknya tak henti-henti seakan ingin
menguras seluruh isinya. Ia coba melirik ke bawah karena ingin melihat
pemandangan saat lelaki mencapai orgasmenya, tapi sayang hanya kegelapan yang ia
lihat selain merasakan cairan kental dan hangat membasahi seluruh telapak
tangannya.
Mereka terkulai lemas dengan nafas tersengal-sengal. Meski hanya permainan
tangan, tetapi rupanya cukup menguras tenaga dan pikiran mereka berdua. Samar-
samar dalam kegelapan itu, nampak tersungging senyum kepuasan dari bibir Ratna.
Ia lalu mengelus kepala Dony yang terkulai lemas di atas dadanya. Ia berbisik
bahagia, "Enak sekali, Don."
Kira-kira lima menit mereka beristirahat tanpa bergerak dan mengeluarkan sepatah
kata pun. Dony mengangkat kepala dan melirik ke arah Ratna sambil tersenyum
hangat. Ratna balas tersenyum. Mesra sekali senyuman itu diikuti oleh sebuah
kecupan lembut pada bibir Dony.
Mereka kembali ke posisi duduk semula. Ratna merapikan kembali pakaiannya yang
tak karuan diikuti oleh pandangan mata Dony yang tekagum-kagum dan pada saat ia
akan menaikkan celana dalamnya, tiba-tiba Dony menahan lengannya. Ratna melirik
dengan pandangan penuh tanda tanya. Belum sempat ia bertanya, kepala Dony
langsung menunduk ke arah selangkangannya dan mencium kemaluannya.
Darahnya kembali berdesir merasakan hembusan nafas hangat di sekitar
kemaluannya. Ratna tertawa geli saat lidah Dony menyentuh bibir kemaluannya.
Geli tapi enak!
"Akh...Don! Kamu nakal sekali! Bikin gemes aja!" kata Ratna terputus-putus.
Dony kembali mengangkat kepalanya sambil ikut-ikutan tertawa.
"Idih kok malah ketawa?" seru Ratna semakin gemes. "Awas ya!"
Ratna mendorong tubuh Dony hingga kembali duduk dan menggelitik pinggangnya.
Dony tertawa kegelian dan meminta supaya menghentikannya. Ratna berhenti
menggelitik, matanya melirik ke arah celana Dony yang masih terbuka dan
menemukan batangnya yang terkulai lemas sementara di sekitarnya nampak cairan-
cairannya yang sudah agak mengering mengotori celananya.
"Aduuhhh, jadi belepotan begini sich," kata Ratna seraya buru-buru mengambil
tissue basah di atas dashboard mobil dan mengelapnya dengan hati-hati.
Terkena sentuhan tangan lembut itu, tanpa bisa dicegah, batang Dony mulai
memperlihatkan kehidupannya kembali. Sedikit demi sedikit seiring dengan usapan
lembut Ratna, batang itu semakin membesar dan mengeras bagaikan besi. Mata Ratna
tak pernah mengedip mengikuti perkembangan itu. Ia terkagum-kagum menyaksikan
kemaluan Dony sudah ngaceng kembali dan siap action!
"Cepet banget," ucapnya perlahan penuh kekaguman akan kejantanan teman
sekantornya ini.
"Kepengen lagi ya?"
"He-eh," jawabnya pendek.
"Gimana kalau kita cari tempat yang lebih nyaman," saran Dony coba-coba karena
mengingat jam sudah menunjukan hampir tengah malam.
"Kamu sendiri gimana? Nggak dicariin?" Ratna balik tanya.
"Aku nggak apa-apa. Lagi bujangan... he.. he.. he," jawabnya sambil tertawa.
"Curang...," sergahnya pura-pura cemberut padahal ia juga kepengen banget
meneruskan acara yang tentunya akan jauh lebih hot. Tapi sebagai wanita ia jaga
gengsi juga jangan sampai kelihatan kegatelan banget.
Ratna pura-pura berpikir sejenak,
"Gimana ya, ini kan udah malem," katanya sambil menunggu agar Dony terus
mendesaknya.
"Nggak apa-apa. Lagian kamu juga lagi bebas kan?" seolah mengerti apa yang ada
dalam benak wanita ini, Dony berlagak memintanya terus.
"Oke dech," jawabnya dengan suara yang amat perlahan.
"Nah gitu dong. Itu baru namanya cewek gua yang cantik," kata Dony dengan
gembira.
Mendengar itu Ratna kembali berpura-pura marah sambil memelototkan matanya.
Melihat ekspresi wajah Ratna, gairah Dony seakan mendesak kembali. Lalu dengan
cepat diciumnya bibir yang sensual itu dengan penuh gairah.
"Ehmm.... mmmpphhhff..., cepetan dong!"
"Oke sayang. Oke!" Dony buru-buru melepaskan ciumannya dan bergegas keluar dari
mobil untuk segera naik ke mobilnya yang diparkir di sampingnya.
Singkat cerita mereka sudah memesan sebuah cottage tak jauh dari tempat itu.
Keduanya buru-buru masuk ke dalam untuk segera memulai kembali acara yang
tertunda. Baru saja Ratna menyalakan saklar lampu, Dony sudah memeluknya dari
belakang dan menciumi tengkuknya dengan penuh gairah. Ratna melenguh merasakan
ciuman hangat yang langsung membangkitkan gairahnya. Kepalanya melengak
kebelakang sehingga memperlihatkan kulit lehernya yang halus dan harum. Dony tak
menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencumbui daerah yang cukup sensitif bagi
wanita. Tangannya pun ikut-ikutan beraksi menyusup ke balik pakaian Ratna,
mengelus-elus permukaan perutnya yang rata untuk kemudian merayap, menggerayangi
buah dadanya yang begitu kenyal padat berisi.
Cumbuan Dony yang begitu lihai membuat lututnya bergetar sehingga tak tahan
untuk berdiri lama. Ia lalu berbalik dan menarik kursi yang berada di sampingnya
untuk duduk. Cumbuan Dony tak pernah terlepas dan terus mengikuti kemana gerakan
Ratna. Begitu sudah duduk, Dony langsung melucuti pakaian atas Ratna hingga
telanjang. Matanya langsung berbinar penuh kagum menyaksikan kedua bukit kembar
milik wanita itu nampak menggantung indah dan membusung penuh di dadanya.
Dengan rakus, Dony melahap satu per satu daging kenyal itu. Lidahnya menjilat-
jilat di seputar putingnya, sesekali menghisap dan mengemot benda kecil
kemerahan yang semakin mencuat itu. Serangan Dony memang begitu gencar,
tangannya beraksi kembali menarik rok dan sekaligus celana dalamnya sehingga
kali ini Ratna benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang
menutupi tubuh mulusnya.
Mulut Dony merayap ke bawah menyusuri permukaan perutnya untuk kemudian langsung
terbenam di antara kedua pangkal paha Ratna. Lagi-lagi Ratna menjerit kecil kala
ujung lidah Dony menyentuh labia vaginanya. Tubuh Ratna bergetar bagaikan
terkena stroom tekanan tinggi. Sambil berpegang pada pinggiran kursi, ia
menaikan kedua kakinya ke atas sehingga bagian selangkangannya terbuka lebar-
lebar. Dony segera menyerbu belahan daging berwarna kemerahan yang sembunyi di
antara bulu-bulu lebat di seputarnya. Jemarinya kembali mengorek-ngorek bagian
itu, sementara lidahnya terus menjilat-jilat.
"Ouh...., ooooouuuhhhhh.... Dooooonn..." Ratna mengerang-erang keenakan. Kedua
tangannya segera mencekal kepala Dony dan membenamkannya dalam-dalam.
Lidah Dony bergerak lincah mempermainkan kelentit yang menyembul di antara
belahannya. Benda kecil yang sangat sensitif itu sudah keras sekali. Akibatnya
Ratna megap-megap seperti kehabisan nafas menahan nikmat yang tak terhingga.
Suasana yang jauh lebih nyaman dan aman serta gairah yang telah lama terpendam
membuat ia tak bisa bertahan lama menikmatinya karena beberapa detik kemudian
tubuhnya berguncang keras, menggelapar-gelepar bagaikan ikan kehabisan air.
Diiringi lengkingan panjang, Ratna melepaskan tekanan yang mendesak dari dalam
dirinya.
"Aaaaaakkkkkhhhhh!!!!" jeritnya penuh kenikmatan.
Ratna kemudian meraih kepala Dony dan menciumi wajahnya dengan penuh kemesraan
seolah ingin menyatakan ucapan terima kasih atas kenikmatan yang baru ia
berikan. Ciumannya semakin memanas dan liar. Didorongnya tubuh Dony ke arah
ranjang hingga jatuh terlentang di sana. Ia langsung menindihnya dari atas
sambil menciumi sekujur tubuhnya sementara jemarinya dengan cekatan mempreteli
seluruh kancing bajunya dan melepaskannya. Lalu membuka ikat pinggangnya. Tanpa
memperdulikan Dony yang mungkin agak terkejut dengan perangainya, Ratna langsung
memelorotkan seluruh celana Dony.
"Oooww!!!" pekiknya tertahan menyaksikan batang milik Dony yang sudah mengacung
keras seperti tiang pancang itu.
Ia tak pernah mengira bahwa batang milik teman sekantornya ini jauh lebih besar,
panjang dan amat keras seperti perkiraannya sewaktu memegangnya dalam kegelapan
di mobil tadi. Ingin rasanya ia berteriak kegirangan mendapatkan sesuatu yang
belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Gede banget!" bisik Ratna seraya meraba-rabanya seperti anak kecil yang baru
diberi mainan.
Ia kemudian merayap di atas tubuh Dony, turun ke arah selangkangannya. Kini
wajahnya persis berada di depan batang yang mengacung itu. Dipandanginya sekujur
batang itu dan setelah puas baru ia menjulurkan lidahnya ke atas moncong batang
itu.
"Errrggghhhh....," Dony mengerang keenakan saat merasakan lidahnya yang hangat.
Ia melirik sejenak untuk melihat ke bawah.
Ratna pun melirik ke atas. Pandangannya bertemu. Dony menganggukkan kepalanya.
Entah apa maksudnya. Seolah mengerti, Ratna membuka mulutnya dan perlahan-lahan
memasukan batang itu. Kedua bibirnya dirapatkan dan mulai mengulumnya. Lidahnya
bermain-main di sekujur batang itu sambil mengemot-emot.
"Auuuukkkhhhh....," kembali Dony mengerang.
Kepala Ratna bergerak naik turun. Dari mulutnya terdengar suara keciprakan
selomotannya. Sungguh mendebarkan sekali mendengar suara-suara itu. Ratna tak
henti-hentinya mengulum, mengemot dan menghisap-hisap seolah ingin membalas
kenikmatan yang dirasakannya tadi. Akibatnya Dony berkelejotan menahan
kenikmatan luar biasa ini. Ia merasa tak akan bertahan lama. Dony nampaknya tak
ingin keluar sebelum keinginannya tercapai. Ia lalu menahan gerakan Ratna dan
mengisyaratkan padanya untuk naik.
Ratna mengerti apa maksudnya, ia lalu berjongkok mengangkangi tubuh Dony
sehingga selangkangannya persis berada di atas batang yang berdiri tegak itu.
Tubuhnya kemudian turun perlahan-lahan. Batang Dony yang sudah ia selipkan di
antara belahan memeknya mulai melesak masuk. Dengan mata terpejam Ratna
meneruskan pinggulnya semakin turun sampai akhirnya batang Dony amblas
seluruhnya.
Bleeeesssshhhhhhh!!!
"Aaaakkkhhhhhh!!!!" Ratna menghembus nafas lega saat berhasil memasukan
seluruhnya padahal tadi sempat ngeri kalau terjadi apa-apa dengan miliknya
karena begitu seret sekali masuknya.
Ia berhenti sejenak sambil menarik nafas, lalu mulai bergoyang sambil
mengangkang di atas tubuh Dony. Kedua tangannya bertumpu di atas dada Dony,
pantatnya menggeol-geol sambil bergerak naik turun dengan irama yang teratur.
Tubuhnya nampak bergerak seolah sedang menunggang kuda dan memacunya dengan
penuh gairah.
Di bawah sana, Dony tak tinggal diam. Pinggulnya turut bergerak naik turun,
bergoyang kiri kanan mengimbangi irama gerakan wanita yang menungganginya.
Keadaan semakin bertambah panas, mereka sama-sama berpacu saling berlomba menuju
puncak pendakian. Seiring dengan meningkatnya kecepatan, Ratna membungkukan
tubuhnya hingga sejajar dengan tubuh Dony sementara pantatnya menungging ke
belakang bak seorang joki yang tengah memacu secepat mungkin saat mendekati
garis finish.
Demikian pula dengan Dony, kedua tangannya merangkul erat tubuh sintal wanita
itu yang nampaknya hampir mencapai puncak pendakiannya. Tubuhnya semakin
berguncang, berkelojotan seperti ayam disembelih. Pantatnya bergerak cepat
naik..., turun...., naik..., turuuuunnnn...., dan akhirnya ditekannya kuat-kuat.
Dari mulutnya meluncur desisan panjang dan lenguhan keras mirip sapi sedang
birahi.
Seeeeeerrrrrrrrrr!!!!! Ratna merasakan air maninya menyembur kencang dan banyak
sekali menyirami batang kemaluan Dony yang nampak masih bergerak keluar masuk.
"Auuuugghhh..... Dooon!!! Cepet keluaaarinhhhh...., udah
nghhhiillluuuuuu......., ooookkkhhhhh!!" kepala Ratna menggeleng-geleng saking
gelinya merasakan tusukan demi tusukan batang keras di dalam kemalauannya.
"Oughh..., ouuuggghhh...., AAAAKKKKHH!!!!!" Dony mengerang-erang merasakan
nikmatnya orgasme berkali-kali.
Mereka bergulingan di ranjang sambil berpelukan erat menikmati puncak dari
segala kenikmatan permainan cinta ini.
"Fhhhuuiiiihhh!!!" Dony merasakan kelegaan. Lepas sudah ketegangan di sekujur
tubuhnya.
"Wow!" pekik Ratna puas. Permainan kedua yang cukup menyita tenaga ini sungguh
sangat mengasyikan sekali.
Dari raut wajahnya nampak sekali ia begitu menikmatinya dan benar-benar
memuaskan. Ratna memeluk Dony begitu mesra seakan tak ingin melepaskan untuk
selamanya. Mereka berdua seolah tak ingat akan waktu yang telah melewati tengah
malam, atau keluarga mereka yang mungkin mengira mereka sudah ada di rumahnya
masing-masing. Apa jadinya kalau perselingkuhan itu tercium oleh keluarga
mereka.

No comments: