Tuesday, June 17, 2008

Inge, Rekan Kerjaku

Kejadian ini saat aku belum menikah dan masih bekerja diperusahaan ditribusi makanan, Aku saat itu menjadi Chirf Account Officer dan salah seorang staff ku yg baru bekerja 4 bulan namanya Inge, dia seorang sarjana ekonomi yg baru setahun lalusnya umurnya masih 23 th.

Dulu saat pertama kali masuk kantor kulihat sering diantar dan dijemput pakai motor oleh pacarnya, tetapi sudah ada seminggu terakhir inge selalu mengendarai motor sendiri. Memang Inge berwajah manis, hanya sayang kurang tinggi sedikit. Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yg selalu kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya dan selain itu model rambutnya yg pakai gaya sedit yg terurai didekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah. Juga yg kelihatan sensual adalah cara berpakainnya karena Inge selalu pakai baju atau kaos yg agak ketat sehingga perutnya kelihatan ramping dan buah dadanya terlihaat agak menonjol. Memang buah dadanya sendiri tak terlalu besar tetapi cukup bagus bila pakai baju/kaos yg ketat. Suatu saat aku tegur dia:"Inge, kenapa sekarang kamu naik motor sendiri?" Yaaahh, yg antarin sudah nggak ada "sahutnya. "masak iya,kemana pacarmu itu?" tanyaku. "Aaach, nggak tahu pergi kemana dia, biarin saja "jawabnya dgn nada kesal. Beberapa hari kemudian, saat makan siang , aku lewat kamarnya dia, kebetulan cuma Inge seorang diri dan lagi makan, rupanya yg lain makan keluar segera aku masuk dan duduk depan mejanya. "Makan sendirian saja?".

"Iya pak, sahutnya. Sambil makan, Inge lihat2 iklan bioskop dikoran. Tiba2 Inge ngomong:"Waah film Mandarin ini bagus pak, Inge kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang". "Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani" kataku. "Aaaaah...bapak bisa aja nanti pacarnya bapak mara lho!" sahutnya. "Yaaaa, jangan sampai ketahuan dong, sekali2 kan ngak apa2" kataku.

"Kalau sungguh, kapak bapak bisanya?., asal jangan yg malam2 paling lambat yg pk. 7" jelas Inge. "Besok malam ?. Pokoknya jangan Saptu dan Minggu malam itu acara bapak sdh patent" kataku. "Kalau gitu besok malam ya pak?". "Boleh, bapak jemput jam berapa?" "Inge sampai kost jam 5 sore, lalu mandi dulu jadi kira2 pk 6 sore ya" "Oke" sahutku.
Besok sore nya setelah saya pulang kekost dan mandi lalu siap kekostnya Inge. Sampai disana ternyata Inge blm selesai hingga aku tunggu beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat. Karena baru pk 6.10 padahal filmnya mulai pk 7, maka kita putar2 kota dulu. Dalam mobil aku bilang dgn Inge kalau lagi nggak dinas begini jangan panggil aku pak, sebab umur kita paling beda 7 tahun, aku jadi nggak enak dong. Akhirnya setelah putar2 kita langsung ke bioskop dan beli tiket lalu masuk, aku memang sengaja minta tempat duduk yg dipinggir. Rupanya filmya kurang bagus, sebab sampai saat mulai penontonnya hanya sedikit.

Memang artis2 yg main sexy2, apalgi film Mandarin terhitung banyak yg berani juga actionnya. Kalau pas adegan yg hot Inge tiba2 memegang tanganku, suatu saat kalau adegan panas sebelum tangannya Inge yg beraksi aku pegang dulu telapak tangannya erat2.
Walaupun adegan panas sdh berlalu tangannya tetap kupegang terus dan per-lahan2 tangannya kuletakkan diatas pahanya. Ketika Inge masih diam saja atas aksi ini, maka jari2 ku kupakai utk meng-utik2 pahanya yg sdh terbuka karena roknya yg agak pendek itu naik kalau buat duduk. Beberapa menit hal itu kulakukan dan Inge pun masih diam, lalu tangannya dia kutarik kepaha lebih atas sekaligus utk menyingkap roknya supaya naik kepangkal paha. Setelah kulihat roknya menyingkap sampai hampir pangkal pahanya sehingga paha yg mulus itu terlihat remang2 dgn penerangan cahaya dr film saja. Aku pura2 diam sebentar . kebetulan ada adegan panas lagi dan tanganku segera memegang pahanya dan tangannya Inge memegan bagian atas tanganku.Kupikir Inge akan melarang kegiatan tanganku itu, tetapi tangannya hanya ditumpangkan saja ditanganku. Kuberanikan lagi operasi ini, tanganku ku-usapkan kepahanya dr atas lutut sampai keatas dekat pangka pahanya. Sudah ada 5 menit aku melakukan ini bergatian paha kanan dan kiri, tapi Inge tetap diam hingga nafasku yg mulai memburu.

Akhirnya kuberanikan tanganku utk mengusap pahanya sampai ke selakangannya hingga menyentuh CD nya dan bagian kemaluannya kugelitik dgn 2 jariku. Saat itu Inge kelihatan mendesah sambil membetulkan duduknya. Kugelitik terus itilnya dgn jari dan kadang2 jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya, ternyata lubangnya sdh basah juga. Belum beberapa lama, Inge menggeliat duduknya dan bilang:"Oom, jangan digitukan nanti basah semua vagina Unge juga CD nya, sebab Inge punya banyak keluarnya". Lalu tanganku kutarik dan kupindahkan le paha nya saja. Aku bisiki:"Nanti lain kali saja sambil santai dihotel ya ?". Inge mengangguk dan berkata:"Kira2 minggu depan saja sebab kalau sering pergi malam nanti nggak enak dgn tante kost" Setelah film selesai sambil jalan keluar, kurangkul pundaknya dan Ingepun memegang pinggangku sambil kepalanya disandarkan kebahuku. Aku ajak Inge makan malam sekalian sambil ngobrol macam2, Aku tanya: Inge, biasanya kamu diajak pacarmu santai dimana?".

"Yaaah,kadang2 dihotel P atau hotel NP diatas Candi kadang2 juga dihotel R dibawah kalau malas jauh2". Dengan jawaban Inge itu, aku sudah dpt mengambil kesimpulan bahwa Inge saat ini sdh bukan perawan lagi, jadi aku berani utk mengajaknya kehotel minggu depan. Selesai makan aku antarkan Inge pulang, sebelum turun mobil kupeluknya dan diapun membalasnya dgn merangkul leherku kuat2 untuk menerima ciuman dan kecupan2 pd bibirnya dan selesai itu dgn sedikit tehnik tanganku menyambar dan memijit buah dadanya. "Acch.. nakal ya oom?, katanya. dan "Bye...bye.... Pd keesokan harinya saya bertemu Inge dikantor dan kita bersikap biasa2 saja sehingga tak ada teman yg curiga kalau kita telah pacaran semalam. Saat aku tanya kenapa sang pacar tak mengantar lagi, Inge bilang kalau pacarnya sekarang lagi renggang walaupun belum ptus 100 % karena pacarnya yg SH itu dan bekerja sbg salesman electronic itu belakangan suka tersinggung tanpa sebab yg jelas. Mungkin iri atau malu karena Inge dpt kerjaan dgn gajih yg semetara ini lebih besar dr pdnya.

Suatu siang dihari Rabu seminggu setelah kita nonton, kebetulan Inge datang kekamarku dgn membawa laporan2 yg aku harus tanda tangani. Inge bertanya:"Pak, nanti malam bapak ada waktu?". "Kenapa" tanyaku pura2 sebab dlm hatiku saat2 inilah yg kunantikan. "Kalau bapak ada waktu, Inge kepingin makan diluar tapi kok nggak ada teman" sahutnya. "Oke. kalau Inge yg ngajak saya bersedia. Jam 6 sore seperti minggu lalu saya datang kekost ya Inge?". kataku. "Terima kasih ya pak". Sore itu aku cepat2 pulang dan segera mandi. Jam 5.30 sore aku siap berangkat ke kostnya Inge, karena terlalu pagi Inge belum siap dan aku tunggu diruang tamu. Baru kira2 10 menit kemudian Inge keluar. Aku sempat terpesona beberapa saat, karean Inge yg saya tahu biasanya memakai rok agak mini dgn baju atau kaos pendek perutnya dan agak ketat. Kali ini tampil dgn memakai gaun panjang warna ungu dgn belahan yg agak tinggi dibagian paha sebelah kirinya, sehingga kalau jalan pahanya yg kiri nan putih bersih itu kelihatan dgn jelas dan bagian dalam pahanya kanan juga nampak samar2. "Ceeek....ceeekkk....ceeekkkk" komentarku. Inge bahkan tersenyum manis dan kemudian memutar tubuhnya dan ......bagian punggungnya terbuka lebar sampai kebawah dgn model huruf V sampai diatas pinggulnya.

Aku yakin sekali kalau Inge pasti no bra sekarang. Tanpa duduk, Inge langsung mengajak berangkat. Aku rangkul pinggangnya, Inge jadi agak kikuk taku kalau tante kostnya tahu. Begitu masuk mobil aku minta untuk mengecup dulu bibirnya yg merah merekah dan basah terus itu, sambil punggungnya yg terbuka itu ku-usap2 dan ternyata dugaan benar saat dadanya kutekan erat2 kedadaku terasa gumpalan daging yg kenyal dgn nama payu dara tanpa terlindungi spons BH menempel didadaku. Denyut jantungku langsung berdetak cepat. Kemudian mobil mulai kujalankan dan tangannya Inge diletakkan diatas paha kiriku sambil kadang2 memijit pahaku. Mau makan mana Inge ?. Terserah bapak" katanya. Memang Inge tetap tak mau panggil aku dgn sebutan lain, ia pilih dgn "pak" karena takut salah ngomong kalau dikantor nanti. "Kalau makan sate kambing apakah Inge suka?" tanyaku. "Mau pak, malah sebenarnya Inge sudah lama tak pernah makan itu karena pacar Inge tak suka daging kambing" katanya. Akhirnya kita rumah makan sate kambing. Saat turun dari mobil dan masuk kerumah makan sekarang ganti Inge yg selalu merangkul pingganku. Inge duduk disebelah kananku. memang kuatur demikan supaya tangan kananku bisa dekat dgn paha kirinya yg terbuka sampai keatas utk ku-raba2. Memang kali ini Inge berbeda dgn waktu nonton film, kali ini Inge tampak ceria dan manja.

Saat duduk makan Inge duduknya merapatkan tubuhnya ketubuhku serta tangannya memegang pahaku. Tanganku sebelum beraksi dipahanya kupakai utk meng-usap2 punggungnya yg terbuka. Untuk saat itu rumah makan masih sepi pengunjung,jadi aku agak bebas berkarya. Setelah puas meraba punggungnya tanganku kususupkan kedalam roknya kedaerah pinggang dan turun disana tanganku meraba CD nya. Kemudian tanganku bergerak keatas dan menyusup kebawah ketiaknya dan menuju kesamping depan sehingga ujung jari3ku dpt menyentuh samping payu daranya yg benar2 masih kenyal. Pekerjaaan tanganku berhenti saat pelayan membawa makanan kemeja kita. Saat makan tanganku kadang mulai meraba pahanya kiri yg terbuka itu. Inge betul2 penuh pengertian saat2 tangan kananku sibuk meraba pahanya, ia yg menyuapkan nasi kemulutku hingga tanganku diberi keleluasaan utk bermain dipahanya dan sampai vaginanyapun ku-raba2 dgn penuh kemesraan. Kadang2 tangan kananku kupakai utk menyendok makanan lagi, tapi lebih sering kupakai utk berkarya dipaha dan lubang vaginanya sedang Inge yg terus dgn kasih sayangnya menyuapi aku dgn makanan sampai suatu saat Inge mendesah dan memegang tanganku yg berkarya erat2 searya berkata:"Pak, karya tangan bapak benar2 hebat bisa membuat Inge basah". Lalu kuraba vaginanya ternyata CD nya juga sdh basah apalagi lubang vaginanya, ujung jari2 ku kumasukkan kelubangnya utk bisa mengkait lendir yg menempel dibibir vaginanya ternyata usahaku itu berhasil juga.

Kulihat ada lendir kental mirip cendol menempel diujung telunjukku, segera kujilati lendir itu dan kutelan bersama makanan yg disuapkan oleh Inge. Aku betul2 merasa "hot" makan daging kambing dicampur lendirnya Inge, aku rebahkan kepalaku kekepalanya Inge sambil berbisik:"Inge sayang, saya menyayangimu". Inge menjawab:"Pak, sebentar lagi Inge menjadi kepunyaan bapak seluruhnya, Inge akan memberikan segalanya yg terbaik utk bapak nanti. Percayalah" sambil mencium pipiku. Selesai makan, kita langsung menuju hotel CB dikota atas yg banyak pemandangannya walaupun itu hotel kuno.

Kita langsung check in, Inge tetap manjanya jalan merangkul pinggangku dgn badannya disandarkan ketubuhku. Pintu kamar segera kukunci setelah pelayan menyiapkan air minum, sabun dan handuk. Inge ganti kupeluk dan iapun merangkul leherku erat2 hingga permainan ciuman mulu, bibir dan lidah berlangsung dgn hangatnya dan penuh kemesraan, Karena saat aku menciumnya, kukecup dalam2 bibirnya dgn penuh perasaan hingga Inge bukan merasakan kenikmatan saja tetapi juga merasakan kasih sayangku. Setelah berciuman dgn mesranya untuk beberapa saat, maka tanganku kupakai utk meraba punggungnya yg terbuka, kurasakan tubuhnya Inge cukup hangat lalu kupegang rok bagian kedua pundaknya dan kutarik kedepan, Inge pun membantu dgn meluruskan tangannya kedepan sehingga roknya bagian atas langsung lepas dan payu daranya yg masih kenyal dan hangat kalau diraba itu terlihat dgn jelas didepan mataku ditambah putingnya yg kelihatan mulai membesar dan tegang dgn warna merah padma membuat aku terpesona.

Walaupun aku sudah sering menelanjangi dan meniduri pacarku dihotel, tetapi bentuk tubuhnya yg berbeda itu mempunyai daya rangsang yg tersendiri. Hanya karena kebiasaan yg sudah sering lihat pacarku dlm keadaan telanjang bulat itu yang bisa membuat aku mengendalikan emosi dan gelora nafsu mudaku. Roknya terus kutarik kebawah hingga terlepas semua kemudian kuambil dan kutaruh diatas meja dan Inge kuangkat utk kutidurkan diranjang dgn masih memakai CD saja. Tapi CD nya pun kulorot utk dilepas dan vaginanya yg spt bukit kecil itu tertutup oleh rambut yg cukup lebat.

Aku kemudian melepas T shirtku dan celana panjang serta CD ku sambil memandangi tubuhnya Inge yg telentang diranjang dgn pose yg menggiurkan ditambah lidahnya yg sering membasahi bibirnya itu. Aku dekati Inge kemudian kuciumi seluruh wajahnya dgn tangan menjelajahi seluruh daerah dadanya termasuk lembah dan bukit maupun puncak payu daranya sampai kepusarnya dan perut bagian bawah. Setelah ciumanku berpindah kebagian dadanya terutama bukit2 payu daranya tanganku mulai beraksi disekitar vaginanya serta pahanya serta sekali2 rambut bawahnya ku-tarik2 pelan2 sambil jari tengahku menggelitik itilnya yg mulai nongol.

Lalu kuciumi terus perutnya bawah sampai jembut dan daerah sekitar vaginanya dan paha2 nya serta tanganku terus mengusap dan memijit betis serta telapak kakinya. Ciumanku terus kelututnya , kemudian kebetis, tumit kaki lalu telapak kakinya sampai jari2 kakinyapun ku-hisap satu persatu semua baru aku balik naik mengisap dareha selakangnya Inge dgn membuka lebar2 pahanya lalu daerah antara anus dan vagina itu kucium dan kukecup serta kujilati sehingga Inge mendesah kenikmatan dan terasa ada cairan lendir yg nyemprot keluar dr lubang vaginanya. Setelah kulihat benar terlihat dr lubangnya vagina mengalir keluar cairan lendir dgn bau khusus. Langsung kucucup lubangnya dan kusedot kuat2 hingga sruuuuttt... lendirnya masuk kedalam mulutku dan kugelitik terus selangkangannya spy cairan nya keluar lagi lebih banyak dan kusedot terus dan ternyata benar Inge masih mengeluarkan lendirnya yg masuk kemulutku. Rasanya asin2, asem dgn bau khas seperti juga milik pacarku, aku memang jadi semangat dgn minum lendirnya. Langsung saja Inge kuajak main dgn pose 69, aku segera naik keatas tubuhnya dan kontolku kupaskan dihadapan mulut Inge spy mudah ia utk mempermainkan kontolku dgn lidah dan mulutnya sedang aku sendiri segera menyingkap jembutnya yg rimbun itu utk menjilati itilnya lalu ku-gigit2 dan ku-tarik2 juga itilnya dgn bibirku. Inge tampak terangsang sekali dgn permainan mulutku di darah vaginanya, apalagi pahanya sekarang kubuka lebar2 dan selangkangannya antara anus dan vaginanya kugosok terus dgn jari2-ku dan kadang2 kujilati. Begitu itilnya kugetarkan dgn ujung lidahku yg bergerak begitu cepat (spt lidah cecak katanya pacarku) hanya semenit saja Inge sudah berontak dgn kakinya dan pantatnya digerakan kesana kemari kemudian mengaduh:"Aduuuu...pak, Inge nggak tahan....sudah keluar dan lemas pak".

Saat itu terasa lendirnya nyemprot dan mengenai hidungku, segera kucucup lagi lubang vaginanya utk kusedot semua lendirnya yg sudah keluar dilubang vaginanya. Aku merasakan kenikmatan juga dari semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah semua. Aku sekarang membelai rambutnya dan mengusap keringat yg banyak dikeningnya serta bertanya:"Inge sayang, apakah Inge sdh capai?". "Belum pak, Inge cuma lemas saja karena tak kuat menahan kenikmatan yg luar biasa dari permainan lidah bapak tadi, rasanya sampai ujung rambut dan ujung kaki pak" sahutnya. "Kalau begitu kita main lagi ya?" kataku.

Inge mengganggukan kepala. Lalu aku naik lagi ketubuhnya dan kumasukkan kontolku pelan2 kelubang vaginanya, kemudian kutarik keluar lagi pelan2 setelah masuk keluar ini lancar ber-ulang2 lalu kontolku langsungkubenamkan seluruhnya kedlm vaginanya, sampai Inge menghela napas panjang menahan sakit dan nikmatnya karena katanya masunya terlalu dalam. Setelah itu kugerakan pantatku memutar searah jarum jam sehingga Inge menjerit kenikmatan terus karena itilnya tergesek oleh jembutku dan dindidng dlm vaginya tergesek oleh batang kontolku yang mengeras sehingga ia berbisik:"Aduuuh pak, nikmat rasanya luar biasa.

Aku mau orgasme pak". Mendengar itu aku langsung menciumi payu daranya yg sebelah kiri, karena Inge bilang lebih sensitive dr pd yg kanan dan puting nya langsung kugetarkan lagi dgn ujung lidahku. Tanpa basa basi lagi hanya beberapa detik terasa vaginanya mencengkeram kontolku dan ber-denyut2 serta ada lendir hangat yg menyiram kontolku. Inge sudah klimaks, ia tampak terkulai lemas. "Capai Inge, sayang?" tanyaku. "Iya...pak" sahutnya lirih manja. "Tolong Inge diberi air maninya pak" pintanya. "Sekarang ?"tanyaku. "Iya pak" . "Tahan sebentar lagi iya, nanti aku semprotkan". Lalu aku mengkonsentrasikan segenap pikiranku pada segala keindahan tubuh Inge yg sedang kunaiki ini dan tingkah polahnya yg merangsang sambil memandang bibirnya yg erah basah merangsang kugenjot terus gerakan kontolku naik turun dan makin lama makin cepat sampai Inge menggeliat, menggelinjang tak keruan sambil menarik lepas sprei dan meremas-remasnya dan akhirnya...crruuuutttt...cruuuuuttttt.....crrruuuutt, maniku nyemprot kedlam vaginanya sambil kutakan terus kontolku dalam2 kevaginanya. """Sssseeetttt....aaaaacccchhhh, Inge merasakan kehangatan yg luar biasa dari air maninya bapak" Dan Inge pun orgasme lagi karena kontolku merasakan vaginanya ber-denyut2 lagi. Setelah beberapa menit kita istirahat dgn tidur bertindihan sambil berpelukan, kita bangun tidak terasa jam telah menunjukkan pk 9.30. Karena sdh agak malam Inge cepat2 bangun dan mengambil handuk yg dibasahi lalu memebrsihkan kontolku dan kemudian vaginanya.Kita tak cuci karena makan waktu lama. Segera Inge memakai ronya lagi demikian aku juga. Sedang CD nya dilipat dan dimasukkan do,pet karena masih basah kena lendir saat kugosok itilnya dirumah makan tadi.Dalam perjalanan pulang Inge sempat tanya:"Bapak jadi kawin kapan?" "Iya masih 2-3 th lagi tunggu pacarku selesai kuliah"sahutku. "Kenapa?" tanyaku.

Inge merebahkan kepalanya kebahuku sambil berkata:"Inge tak akan kawin dulu kok tunggu kalau mungkin ada mujijat". "Maksud Inge ?" tanyaku. "Siapa tahu suatu saat Inge dpt kabar gembira dari bapak. Sebab Inge malam ini benar2 meraskan kenikmatan yg hebat dari bapak dan lebih dari itu Inge merasakan bapak meniduri Inge dengan penuh kasih dan kemesraan yg layaknya suami istri yg dipenuhi rasa cinta. Kapan2 Inge boleh merasakan lagi ya pak?" "Kapan saja Inge kangen saya bersedia, tapi Inge harus benar2 atur waktunya jangan sampai Inge hamil yaa!"pesanku. Saat mobil sampai dirumah kost, Inge tak segera turun ia malah merangkul leherku dan ditariknya aku lalu diciuminya seleuruh wajahku dgn penuh perasaan hatinya dan terlihat matanya memerah dan ber-kaca2. Aku jadi trenyuh dibuatnya, kubelai rambutnya dan kuusap matanya yg berair lalu kubisiki:"Inge jangan sedih kan tiap hari kita masih bertemu.

Inge malam ini capai nanti langsung istirahat ya, jangan melamun macam2 ya sayang?" pesanku sambil kubelai sayang dari rambutnya pipinya terus payu daranya sampai pahanya yg terbuka itu, baru Inge mau turun dgn senyum kecil. Esok harinya dikantor pagi2 saat aku panggil Inge utk memberikan tugas, ia masuk kekamarku dgn senyum2 manja, setelah kujelaskan tugas2 yg hrs dikerjakan kutanya kenapa kok senyum2. Inge menjawab sambil mendekat kesisiku :"Pak, air maninya semalam baru keluar tadi saat Inge duduk dikantor sekarang CD nya Inge jadi basah". Karena Inge sudah mendekat tandanya minta utk dibuktikan, maka kuraba melalui bawah roknya dan benar CD bagian vaginanya basah juga sela2 pahanya basah agak licin dan ternyata baunya memang spt maniku.

Aku bilang:"Inge kamu cuci dulu sana ya". Inge menggelengkan kepalanya dan berkata:"Biarin saja pak, Inge toch nggak punya CD lagi dikantor malah nggak enak kalau dilepas CD nya, sampai nanti sore juga tak apa2 malah nanti siang mungkin sudah kering sendiri." Lalu tangan digenggam erat2 dan memandang tajam penuh arti dan berkata:"Kapan bapak mau memberikan kemesraan dan kepuasan lagi pd Inge?. "Kapan saja terserah Inge" kataku. Semenjak itu aku sering diajak kencan hampir tiap minggu sekali dan setelah pacarnya baik kembali hubungannya hubungan sex tetap berlangsung terus kira2 tiap bulan sekali sambil cerita2 apa2 saja yg dilakukan suaminya pdnya. Sampai sekarang sudah hampir sepuluh tahun berlalu dan aku sdh pindah kerja di bank, sedang Inge menggantikan jabatanku dan kami masing2 telah berkelarga dan punya anak, tapi hubungan intim itu masih tetap berlangsung disiang hari saat jam makan siang, hanya frekwensinya jauh berkurang kira2 3-4 bln sekali. Tapi justru karena waktu yg lama itu menyebabkan tiap kali hubungan intim itu tambah mesra saja dan bukan menjadi kebosanan.Sekian.

Adik Iparku Ternoda

Dul adalah seorang lelaki berumur 34 tahun, dengan posisi di pekerjaan yang menjamin dia dan keluarganya berkehidupan sangat layak.
Dul mempunyai seorang istri yang lebih dari cukup untuk memenuhi standart ibu yang baik untuk anak2nya dan bagai pelacur yang memuaskannya di tempat tidur.

Semua ia miliki untuk usianya,namun tak seorangpun yang menyadari bahwa Dul selalu terobsesi dengan Maya adik iparnya sendiri yang tinggal di depan rumahnya bersama suami dan anaknya.
Maya adalah wanita berkulit putih bersih berusia setahun lebih muda dari istrinya. Perasaan itu tidak pernah ada sewaktu dul pacaran dgn istrinya, tapi akhir2 ini bayangan adik iparnya itu terus menari2 dalam benaknya.

Beberapa kali sewaktu berhubungan seks dengan istrinya ia selalu membayangkan sedang menggauli adik iparnya itu, hal itu sedikit menghibur dirinya, bagaimanapun kakak tidak jauh2 berbeda dengan adik begitu pikirnya.

Hari sabtu pagi ini Dul berencana bangun sesiang-siangnya,pekerjaan seminggu lalu sungguh menyita pikirannya,bangun siang dan bermalasan satu hari penuh ..tiba-tiba istrinya membangunkannya dan mengingatkan bila mereka harus menghadiri pernikahan kerabat di kota lain yg jaraknya 150an kilo dari pagar rumahnya..hal itu benar-benar menjengkelkannya.
"ayo dong pah…kan kita sudah janji nih…" rengek istrinya "aduh pusing banget nih ..takut ga bisa nyetir jauh" kata dul sambil mengernyitkan wajahnya
'aah alesan .. selalu gitu deh' kata istrinya bersungut-sungut, tepat ketika Dul hendak membuka mulutnya untuk membela diri, telpon rumahnya berdering keras sekali.
"sudah ..pokoknya aku gak mau tau, selesai aku angkat telepon , papa harus siap ke kamar mandi" sembur istrinya dengan suara melengking .
"aaarrggh" erang Dul.. "Tuhan tidak adil, aku hanya meminta satu hari khusus untuk diriku, satu hari tidur sepanjang siang, Tuhan maha adil? Beuh !" gumamnya dalam hati..

"Pah..pah" panggil istrinya dari ruang tamu.."iya..iya ..ini juga udah mandi" teriaknya dari kamar mandi sambil mengguyur tubuhnya dengan air sedingin es, matanya terbelalak ketika mendengar istrinya berkata . "Pah..ga usah mandi, lanjutin deh tidurnya, aku dan anak-anak akan ikut ibuku, beliau sudah charter bus " Tuhan hari ini membuktikan ketidak adilannya dua kali , dirinya sudah terguyur air sedingin es dan diminta kembali ke ranjangnya…."peduli setan " desisnya , dengan cepat disambarnya handuk dan secepat angin ia memakai baju tidurnya dan masuk ke dalam selimut hangatnya kembali.

Entah berapa lama ia tertidur sampai akhirnya ia terbangun ketika suara bel rumahnya berdentang2, dengan sumpah serapah ia melangkah ke pintu dan membuka, ternyata Anto suami adik iparnya berdiri sambil menggendong anak semata wayangnya, mau apa anak beranak monster ini kemari pikirnya sambil mencoba tersenyum,
"Hey Bang, sorry , gini , aku mau nitip kunci, aku dan rio kerumah neneknya, Karena Maya belum pulang dari lari2 paginya jadi biar nanti dia menyusul dengan taxi saja, ini kunci rumah titip ya, makasih baaaanng " kata Anto sambil menyerahkan kunci dan berlalu tanpa menunggu jawaban Dul yang sedang ternganga.

"Tuhan tiga kali hari ini Kau menghancurkan sabtu pagiku yang berharga" desisnya..
Dul benar-benar tidak bias tidur sejak itu, dengan gontai dinyalakan TVnya hanya ada layar biru berpendar2 dan tulisan hubungi Costumer Service TV Kabel anda untuk menyelesaikan pembayaran bulan ini
"Mengapaaaaa????" lengkingnya menyedihkan.. Dengan gontai dibukanya pintu rumahnya tujuannya hanya satu , bermalas-malasan dirumah adik iparnya,sekaligus membalas dendam dengan menghabiskan persediaan bir Anto di kulkas, "Aah ide yang sangat bagus"
Tak lama kemudian Dul telah berada diruang tengah keluarga adik iparnya itu, dipandang sekitar selama beberap detik sebelum menyerbu ke pintu kulkas untuk meneguk bir dingin disana "Hmm tidak terlalu jelek " pikirnya sambil merebahkan pantatnya ke sofa empuk di depan tv , matanya memutari keadaan dirumah itu sebelum berhenti di foto keluarga Maya yang tergantung di dinding,pengaruh sedikit alcohol membuatnya sedikit terangsang ketika ia memandangi foto Maya ," dengan kulit yang putih bersih , badan yang padat dan payudara yang membusung dan bibirnya yang, Ah… aku terangsang sekali, seharusnya aku bisa menikmati tubuh itu juga…"

Ditepisnya bayangan itu, lalu ia beranjak dari ruang tengah ia memasuki ruang tidur, direbahkan tubuhnya ke ranjang empuk disana "hmmm disini Maya tidur dan bercinta" dielusnya sprei halus sambil membayangkan Maya tanpa pakaian sehelaipun ditubuhnya terayun-ayun disetubuhi oleh suaminya, Dul semakin ereksi , dibongkarnya lemari pakaian dan ia mendapati beberapa celana dalam halus milik Maya, dan sepertinya salah satunya tidak tercuci, dihirupnya kain ditangannya, aroma tubuh Maya menyeruak memasuki hidung dan menetap dikepalanya, "sungguh bau dari genital wanita" gumamnya parau , di jilatnya celana dalam itu tepat ditengah yang diperkirakan Dul adalah tempat kain itu bersentuhan langsung dengan Vagina Maya, Penisnya semakin keras, kemudian ia membuka celana pendeknya dan mengeluskan celana dalam itu ke kepala penisnya ,sungguh fantasi yang sangat menyenangkan Dul, semua cairan bening di oleskannnya ke celana dalam itu..

"Aah ..aku bisa gila kalau begini, " bayangan dirinya sedang bermasturbasi dengan celana dalam itu sangat menggelikan , lalu ia memutuskan untuk membatalkan niatnya menumpahkan spermanya disana. .
Dul kembali ke ruang tengah tepat ketika pagar depan terbuka , "Maya datang..!!" penisnya mengecil kembali ke ukuran biasa sewaktu ia menyapa Maya.
"hai May, sorry aku masuk kedalam, dirumah tadi ,Anto nitip kunci dan aku mau numpang nonton TV disini"
"Ow Bang , ga papa, sekalian temenin bentar ya , aku mo beres-beres bentar lalu mandi dulu dan nyusul Anto ke rumah ibunya" kata Maya riang.
Dul menatap mata Maya yang indah, mata yang ia kagumi semenjak ia berkenalan dengan kakaknya Maya, wajah yang merona terkena matahari , dan keringat pada kaos putih olahraga itu , membuat kaos melekat ditubuhnya dengan sempurna, dengan tinggi 164 /49 dan ukuran buah dada 34D maya lebih menyerupai dewi sex untuk Dul saat itu,

Ketika Maya melewati Dul , dul menarik nafas mencoba menghirup aroma badan Maya yang sedang berkeringat segar, "Aduh baunya alami sekali…ya Tuhan " Dul lalu mengikuti Maya kebelakang rumah,sambil menyambar beberapa kaleng bir .

"Hm , hari ini ..bagaimana caranya aku harus berhasil menyentuh tubuhnya…bantu aku setaan" pikir Dul,
Sambil mengawasi Maya yang sedang melakukan beberapa kegiatan beres2, Dul mencari-cari cara terbaik.
Maya tampaknya kesulitan ketika akan menjangkau peralatan diatas lemari , Dul tersenyum licik.."gotcha" Maya melirik memelas kepadanya "Bang, Ambilin kursi dong"
"May, ga usah pakai kursi sini deh.... " lalu Dul melingkarkan tangannya dipantat Maya dan mengangkat tubuh Maya keatas, dengan posisi seperti itu, wajah Dul berhadapan langsung dengan perut Maya sementara tangannya menopang pantatnya "EEEeeh kok digendong sih" seru Maya panik, "Udah cepetan ambil..berat nih" kata Dul jujur, ketika tangan Maya mencoba meraih barang2 diatas,
Dibawah Dul sedang mensyukuri apa yang terjadi pagi ini, wajahnya menempel ketat di perut Maya, dahinya bersentuhan dengan bagian bawah payudara adik iparnya, lalu dengan pelan di geserkan mulutnya kesamping kiri dan kanan , "aww jangan gerak2 kepalanya Bang, geli tau" teriak maya, "udah , cepetaaan " kata Dul sambil membathin "jangan cepat2 pleaseee…ini hanya awal" posisi sekarang ini membuat penis dul mengeras kembali ,dengan payudara dikepala dan perut diwajah ia merasa sedang menyetubuhi adik iparnya,
Tepat waktu Maya mengangkat kedua belah tangannya , kaos putih itu ikut tertarik dan kulit putih bersih itu bersentuhan dengan bibir Dul, "Ooh Tuhan kutarik , keluhanku hari ini" desis Dul dalam hati,
Dijilatnya sedikit perut itu seakan itu tidak sengaja, Dul merasa penisnya sudah sangat mengeras, ia terhanyut oleh khayalannya sendiri, otaknya tak sanggup menalar norma,nafasnya kian memburu, lalu dilepaskan pegangan tangannya , dan seketika tubuh Maya meluncur kebawah,

"Aaw , gimana sih bang, kok dilepas" seru Maya kaget, wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Dul,
"May dengar, aku mau bicara , beri aku 5 menit untuk bicara jujur.. bila kamu ga suka, kamu hanya perlu bilang dan aku pulang, ok?" kata Dul dengan terbata2.
Maya mengangguk bingung dan Dul langsung menyambung " aku sangat suka ke kamu sejak kamu remaja, sejak aku kenal kamu , aku suka kamu sekarang dan kapanpun, aku mencintaimu,aku ingin hatimu.. terserah kamu mau bilang apa… yang jelas aku bisa mengatakan ini langsung ke kamu sudah cukup bagiku,… aku ga mau kamu berubah sikap ke aku setelah ini… tapi aku hanya ingin kalau kamu tau ,kalau aku cinta kamu" Dul mengatakan dengan sungguh2 , bahkan ia heran dengan dirinya bisa mengatakan hal jujur ini ke adik iparnya,

"Boleh aku lanjutkan may?" kata Dul sambil menyentuh wajah adik iparnya,
Maya memundurkan wajahnya sedikit, mencoba mencerna omongan Dul tadi, tak pernah terpikirkan hal seperti ini akan terjadi.
"Boleh aku lanjutkan May" ulang Dul, kemudian Maya mengangguk pelan ,
"Dari semua yang ingin kulakukan , tidak ada yang bisa melebihi ini.." Dul kemudian memeluk Maya pelan, Maya berundur kebelakang sedikit namun tertahan tembok, Lalu Dul mengendurkan pelukannya dan ia mengecup pipi adik iparnya itu, Maya menutup matanya ketika Dul melakukan itu, sedikit kecemasan mulai menyelimutinya,

Dul kemudian menarik bibirnya dari pipi adik iparnya dan memandang Mata Maya, "ini saatnya Dul ..Ayo !!" bisikan entah darimana berdesir di kupingnya.
Kemudian Dul menyentuhkan bibirnya ke bibir sensual adik iparnya itu, "Ya Tuhan , aku melakukannya" kata Dul dalam hati, tidak ada reaksi dari Maya, lalu Dul mulai menghisap bibir bawah adik iparnya pelan, Maya merasa sangat bingung dan penasaran , apa yang terjadi dengan kakak iparnya ini, "Hhmmp sudah Bang" kata maya pelan, tetapi justru ketika ia membuka bibirnya , lidah Dul menerobos masuk , menari-nari di permukaan lidahnya, mengusik ujung lidahnya, selang 2 detik iapun membalas lidah itu,

Begitu Lidah maya keluar dari mulutnya , Dul seketka menghisap lidah Maya pelan dan teratur, Maya mulai merasa dirinya lemas, semua yang ada di otaknya mulai tertutup sesuatu,.
Dul menyandarkan Maya ditembok, lalu dengan pelan ia terus menjilati dan menyedot lidah maya, "OOH maya , kau milikuu" pikir Dul liar, Tangan Dul mulai meraba perut Maya , disibakkannya kaos putih basah itu keatas, di raba pelan gundukan payudara kencang itu,
Kemudian Dul menekan pelan bahu Maya sampai adik iparnya itu terduduk dilantai , dengan terus menciumi bibir Maya , Dul membaringkan Maya di lantai belakang rumah itu, kemudian ia melepas kaos maya keatas, Maya menggigil sewaktu Dul melakukan hal itu , ia berbisik pelan sewaktu Dul menciumi leher putihnya "Jangan bang Dul, sudah…"
Lidah dul menjelajahi leher maya, kemudian giliran telinga Maya , lubang bagian dalampun tak luput dari jilatannya, " Adik iparku sayang, kutunjukkan betapa aku mencintaimu, betapa aku menginginkanmu" bathin Dul..

Lidah Dul merayapi leher kemudian ketiak Maya, seketika adik iparnya itu menggelinjang geli, "ouugh " desis maya, nafasnya mulai memburu, "Ooh maya, aku ingin menghirup semua bau tubuhmu" bisiknya ketelinga Maya, lalu Maya mengangguk pelan,seketika itu Dul melepas Bra Maya , sewaktu Dul melakukan itu, hatinya berdebar,berpacu dengan keringatnya yang menetes deras, dibelainya Paha Maya sambil mengusap pelan dari luar Vagina maya, dihentikannya sejenak kegiatan itu, "Ya Tuhan , Maya cantik sekali dan sekarang kamu miliku …" bathin Dul..
Maya tanpa bra jauh lebih membangkitkan kelelakian Dul, payudaranya yang indah itu menyembul begitu Bra terlepaskan, Dul langsung menjilati putting payudara itu bergantian kiri dan kanan , Tangan maya meraba punggung Dul pelan, lalu Dul memegang tangan itu dan mengarahkan ke penisnya.

Dul begitu leluasa, sejenak pikirannya melintas, "Kunodai kamu Maya, kunodai setiap senti tubuhmu , lihat saja.."
Kemudian Dul mulai menjilati perut Maya , sembari tangannya mengelus payudara maya, Lalu ia berdiri dan menanggalkan kaosnya sendiri, Maya yang terbuai dengan jilatan Dul mulai meremas penis Dul dari Luar,
Tak sabar Dul melolosi celana pendek maya, celana dalam hitam itu sangat sempurna di kulit perut dan pahanya yang putih, dengan rakus Dul menggigit dan menjilati vagina maya dari luar, kemudian ia segera membuka sedikit celana dalam itu dan lidahnya menyeruak masuk kedalam vagina Maya, "OOooh inilah aroma yang kuimpi2kan…ini aroma yang membuatku selalu membayangkan..inilah rasa vagina Maya , inilah rasa tubuh maya "
Pinggul maya terangkat seirama lidah dan bibir Dul menjilat dan menghisap klitorisnya ,Mata maya menatap kepala Dul yang sedang bergerak-gerak liar di selangkangannya dengan sayu "Ya Tuhan , apa yang aku lakukan? aku tidak mau ,Tuhaan,aku tidak mauuu" jerit maya dalam hati, namun suara yang keluar adalah "Ooouuuh aaa uuuuh isshhi isssh issh" desis itu membuat Dul bersemangat,

Lalu setelah puas menjilati seluruh paha betis dan kaki maya , ia pun menanggalkan celananya, dan menatap tubuh adik ipar dibawah kakinya.
"Kamu harus membayar hutangmu yang membuatku menunggu selama ini May, kamu harus kunodai seluruh tubuhmu" bathin Dul sambil mengarahkan penisnya ke mulut Maya,
Maya menggeleng sewaktu Dul menyentuhkan penisnya yang telah basah ujungnya ke bibirnya, namun Dul menekan kepalanya kearah dalam kemudian dengan menutup mata, Maya mulai mengulum penis Dul yang mengeras itu,Dul benar2 terangsang melihat bibir maya mengulum penisnya , hatinya bagaikan dipenuhi oleh cinta, Mata maya yang indah itu menutup menambah sensasinya sewaktu mengulum penisnya,
"Ya hisap terus may, hisap Maya ! hisaplah kontolku yang kotor ini dengan bibirmu yang indah itu, ku kotori seluruh rongga mulutmu, seluruh lidah dan gigimu akan kusentuh dan kunodai dengan kontolku, " pekik Dul dalam hati , ketika maya mulai menghisap penisnya, Dul merasa cairan bening didalam saluran kencingnya sudah masuk ke mulut maya, lidah maya yang bermain dikepala penisnya membuat penis Dul sangat mengeras ia bahkan sewaktu tak pernah membayangkan maya sejauh ini, begitu lidah dan bibir maya menjilati buah zakar Dul , barulah dul tersadar… hatinya sangat puas, "bibirmu sudah ternoda sayang" bathin Dul..
"Sudah cukup, sekarang aku mau menodai tubuhmu " desis Dul dalam hati sambil melepaskan penisnya dari mulut maya,
Lalu direntangkan paha Maya .
Maya merasa inilah saatnya harus stop, matanya terpejam mencoba berpikir, akal sehatnya harus kembali , dia tidak boleh meneruskan hali ini, dia tidak menghendakinya, Maya berpikir bagaimana bila ia berguling kesamping dan "ouuh..ouuuhh Ba-aang"
Penis Dul ternyata lebih cepat daripada otak Maya , penis Dul telah memasuki dirinya "ja-ngaan bang" bisik Maya tak berdaya,

Dul merasa kehangatan menyelimuti tubuhnya ketika ia memasukan semua penisnya kedalam vagina maya, seperti ada selimut kasat mata di punggungnya, hatinya merasa sangat bahagia melihat Maya, adik iparnya yang selama ini di impikannya menyatu dengan tubuhnya, betapa bahagia melihat penisnya keluar masuk ke vagina Maya,
"Mayaa, tidak suka? Panggil aku Dul saja jangan abang bila kamu ingin semua cepat berakhir" kata dul parau

Maya membuka matanya dan melihat lelaki yang dia hormati selama ini sedang terengah engah diatas tubuhnya " i—iya Dul ..berhenti Duul" kata maya lirih sambil menutup mata,
Dul semakin terangsang ketika maya memanggil namanya, ia merasa seperti kekasih pada maya, di percepatnya gerakan pinggulnya,
"aahhs iihhs iisss issss issss" erang maya ia membuka kembali matanya , dan mendapati dirinya sedang terayun-ayun , ada sedikit gelombang kecil diperutnya, awal dari orgasme ! "aahh ahhh aaaah " desisnya seirama dengan hentakan penis Dul didalam liang vaginanya,
Dul sangat terpesona dengan wajah adik iparnya itu, sangat seksi,kemudian ia jadi lepas kendali, " Mayaaa, saayaangg…enaknya vaginamuuu, enaknya tubuhmu Maay..oohh ..kontolku enak may? Kontolku apa rasanya??? " cerocos Dul, "apa May? Kontolku apa maaayyy???"
Maya merasa gelombang runtun itu menyebar dari vaginanya ke otot perutnya..dan otot2 kaki2nya..melewati syaraf punggungnya dan mulai menyerang kepalanya… pandangannya mengabur, nafasnya terasa pendek2 "enaak Duuull enaakk..kontolmu enaaakk" gelombang orgasme menerpa tubuhnya, wajahnya terasa tertiup hawa panas..

Demi mendengar suara maya berkata begitu Dul tidak dapat menahan lebih lama lagi , dipercepatnya gerakan pinggulnya dengan kasar, "ooouuh maya…vaginamuuuuu milikuuuu" croooooott croooottttttt beberapa kali dul menumpahkan spermanya ke dalam vagina Maya , setiap semprotan dari penisnya selalu di
barengi oleh pikiran "kunodai Mayaaa…kunodai adik iparkuuu"

Kaki maya terlipat kaku di pinggang Dul sewaktu orgasme terakhir menerpanya dan Dul menanamkan penisnya dalam2…"maya terimalah spermakuuu…. kubasahi seluruh liangmuu ..sampailah spermaku ke rahim mu maayy" bathinnya

Ketika nafas keduanya mulai teratur, Dul melihat maya tersenyum sayu, mata indah itu membuat penisnya sedikit bergetar kembali,"Cukup" pikirnya ,"tubuhmu sudah ternodai, sudah kukotori "
Dul bangkit dan memakai celana pendeknya , sambil berbisik ke Maya "sebentar may , jangan berpakaian dulu, aku harus kerumah untuk mengunci pintu nanti aku kembali"
Maya mengangguk lemah sambil tersenyum,
Kemudian Dul segera melesat keruang makan, menyambar 2 kaleng bir dari kulkas, dan setengah berlari kerumahnya,
Didepan rumahnya sendiri ia membuka sekaleng bir, menenggaknya sekaligus dan melirik keatas sambil mengacungkan jempol .." Tuhan .. you are the best " sambil tersenyum bahagia.

Kasir Swalayan

Desy yang masih berumur 25 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga dari malam hingga pagi. Desy lebih memilih bekerja pada shift tersebut, karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli, sehingga Desy bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.

Sampai akhirnya pada suatu malam, Desy mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong, dan yang satu lagi berkumis tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Desy yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.

"Keluarin uangnya!" perintah si Gondrong, sementara si Kumis memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Desy gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat, Desy berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gondrong, Desy tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gondrong merampas uang itu, Desy langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.

"Masa cuma segini?!" bentak si Gondrong.
"Buka lemari besinya! Sekarang!" Mereka berdua menggiring Desy masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Desy mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.

"Cepat!" bentak si Kumis, Desy merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Desy berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Desy yang ketakutan, mereka berdua percaya. "Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa manggil polisi!" Desy di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Desy juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Kumis kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Desy.
"Beres! Ayo cabut!"
"Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!".
"Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!".
"Gue pengen liat bentar aja!".

Mata Desy terbelalak ketika si Gondrong mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Desy yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Desy meronta-ronta dalam ikatannya.
"Wow, oke banget!" si Gondrong berseru kagum.
"Oke, sekarang kita pergi!" ajak si Kumis, tidak begitu tertarik pada Desy karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.

Tapi si Gondrong tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Desy lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Desy. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Desy ditariknya, tubuh Desy ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Desy terputus dan sekarang payudara Desy bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.

"Jangan!" teriak Desy. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Desy mulut si Gondrong menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Desy menjerit ketika si Gondrong mengigit puting susunya.
"Diem! Jangan berisik!" si Gondrong menampar Desy, hingga berkunang-kunang. Desy hanya bisa menangis.
"Gue bilang diem!", sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Desy, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Desy. Kemudian si Gondrong bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Desy terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gondrong terus memukuli buah dada Desy sampai akhirnya bulatan buah dada Desy berwarna merah.

"Ayo, cepetan cing!", si Kumis menarik tangan si Gondrong.
"Kita musti cepet minggat dari sini!" Desy bersyukur ketika melihat si Gondrong diseret keluar ruangan oleh si Kumis. Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Desy bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Desy berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.
"Hey, Roy! Tokonya kosong!".
"Masa, cepetan ambil permen!".
"Goblok lo, ambil bir tolol!".

Tubuh Desy menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Desy mengeluarkan suara minta tolong.
"sstt! Lo denger nggak?!".
"Cepet kembaliin semua!".
"Lari, lari! Kita ketauan!".

Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Desy, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.
"Buset!" berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.
"Hei, liat nih! Ada kejutan!"

Desy berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Desy, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.

"Gila! Cewek nih!".
"Dia telanjang!".
"Tu liat susunya! susu!".
"Mana, mana gue pengen liat!".
"Gue pengen pegang!".
"Pasti alus tuh!".
"Bawahnya kayak apa ya?!".

Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Desy yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Desy, tangan-tangan meraih tubuh Desy. Desy tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.

"Ayo, kita lepasin dia dari kursi!" Mereka melepaskan ikatan pada kaki Desy, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Desy. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Desy keluar menuju bagian depan toko. Desy meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Desy sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Desy terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Desy sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Desy merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Desy melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!

"Bangun! Bangun!" ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Desy. Desy berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Desy.

"Bangun! naik ke sini!" berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Desy berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Desy berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. "Kalo dia gerak, pukul aja!"

Langsung saja Desy mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Desy hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Desy kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Desy sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Desy dan mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Desy berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.

"Waktu Pesta!" berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Desy terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Desy dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.

"Waktunya masuk!" ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Desy. Desy melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Desy, membuat Desy sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Desy ditariknya hingga lepas. Desy berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Desy. Pandangan Desy berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit. Semprotan demi semprotan masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Desy. Desy terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.

Berandal yang duduk di atas dada Desy turun ketika kemudian, berandal yang sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli perut Desy, membuat Desy mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Desy sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks. Tangannya meremas dan menarik buah dada Desy ketika tubuhnya bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Desy. Sementara itu berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Desy.

Desy tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya. Desy meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Desy berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi.
"Wah, wah, wah!" terdengar suara laki-laki di pintu depan. Desy terkejut dan berusaha menutupi dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.
"Tolong saya!" ratap Desy.
"Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!"
"Nama lu Desy kan?" tanya laki-laki tadi.
"Bagaimana bapak tahu nama saya?" Desy bingung dan takut.
"Gue Roy. Orang yang kerjaannya di toko ini lo rebut!".
"Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya pak!".
"Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo".

Desy kembali merasa ketakutan melihat Roy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Desy kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Desy dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Desy betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Desy kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.
"Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?"
"Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko".

Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Desy sehingga sekarang Desy duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian diikatnya lagi dengan plester.

Kemudian Roy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Roy mulai menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Desy. Es krim beterbangan dilempar oleh Roy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Desy, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. Di depan, es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Desy. Rasa dingin juga menempel di buah dada Desy, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Roy selesai, tubuh Desy bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.
"Lo keliatan kedinginan!" ejek Roy sambil menyentil puting susu Desy yang mengeras kaku.
"Gue musti kasih lo sesuatu yang anget."

Roy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Desy melihat Roy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap. "Jangaann!" Desy berteriak ketika Roy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Desy sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Desy menangis kesakitan kerena panas yang dirasakannya.

"Keliatannya nikmat!" Roy tertawa.
"Tapi gue lebih suka dengan mustard!" Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke vagina Desy. Desy menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.

Sambil tertawa Roy melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu. Desy berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Desy bergerak lunglai jatuh."
"Hei! Kalo kerja jangan tidur!" bentak Roy sambil menampar pipi Desy.
"Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm."

Desy meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Desy, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Desy. Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Desy bercucuran di pipi.

Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Desy merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.

"Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!"
"Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!"

Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Desy menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Desy berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Desy melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Desy, telanjang dengan buah dada mengacung.

Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.
Desy berusaha menjerit "Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!", tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Desy menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

Desy tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Desy merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Desy menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.
"Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi."
"Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon." gelandangan itu berkata tidak jelas.
"Jangan!" Desy meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Desy.

Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Desy tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Desy bisa membesar.

Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Desy, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Desy yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Desy merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Desy terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Desy.

"Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih." gelandangan tadi melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia mendorong Desy duduk dan kembali mengikat tangan Desy ke belakang, kemudian mengikat kaki Desy erat-erat. Kemudian tubuh Desy didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.

Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Desy terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Desy jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.

Play Station Plus

Aku bernama dan sekarang tinggal di sebuah kompleks perumahan yang lumayan terkenal di bilangan Jakarta Selatan karena banyak orang asing yang tinggal di sana. Hobbiku adalah bermain Play Station dan karena hobbiku ini aku dapat bercinta dengan sesama Play Station fans.

Mungkin para pembaca akan mengira bahwa hanya cowok yang bermain Play Station. Aku berani menyebutkan bahwa cewek juga gemar bermain Play Station karena aku mengenal seorang gadis penunggu arena permainan Play Station di dekat rumahku yang gemar sekali bermain Play Station. Setiap kali aku datang ke tokonya, dia selalu memainkan game favoritnya yang berjudul Final Fantasy 8.

Karena aku sering datang bermain di rumahnya yang sekaligus menjadi tokonya, aku mengenal dia lebih akrab. Dia adalah Melly, salah seorang mahasiswa dari sebuah PTS di Jakarta Barat. Aku sering datang bermain Play Station di rumahnya ketika dia tidak membuka tokonya sehingga aku tidak mendapat gangguan dari konsumennya yang biasanya tergolong anak-anak kampung yang tinggal di sekitar daerah tersebut.

Aku dan Cik Melly sudah akrab meskipun dia lebih tua dariku setahun. Cik Melly bahkan sering menceritakan kisah pribadinya di mana dia ditinggal oleh Irwan, kekasihnya karena Irwan menikah dengan cewek lain dan yang lebih gilanya, Irwan telah mengambil perawan Cik Melly dengan paksa dan mencampakkannya begitu saja.

Suatu ketika, aku datang ke rumahnya ketika dia telah menutup tokonya karena hari sudah sore dan aku melihat dia sedang asyik memencet-mencet joystick sambil berteriak-teriak kesal setiap kali karakter jagoannya kena tembakan dari musuhnya. Aku memanggil namanya dari belakang yang membuatnya kaget dan berteriak histeris. Aku cuma tersenyum ketika dia marah-marah karena permainannya telah berakhir dalam sekejap akibat gangguanku saat itu.

Melly kemudian menyuruhku untuk tidak menganggunya karena dia sedang serius untuk menamatkan game Final Fantasy 8 tersebut. Aku hanya duduk di lantai di dekat TV sambil memperhatikan TV dan gerakan-gerakan tangannya yang memencet joystick dengan lihainya. Lama-lama aku menjadi bosan karena melihat dia asyik bermain dan aku mencoba menganggunya dengan cara yang lain.

Aku mendekati dia yang sedang bermain dan aku duduk tepat di depan selangkangannya karena dia duduk di kursi sementara aku berada di bawah kursi. Aku memperhatikan celana dalam warna merah mudanya yang tertutup oleh roknya yang sangat mini. Aku mendadak menjadi terangsang dan mencoba memberikan sesuatu yang belum pernah dia rasakan. Dengan lihainya, aku memasukkan tanganku dan jari-jariku bermain di sekitar kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalamnya. Gerakan-gerakan jari-jariku memberikan respon yang sangat kuharapkan karena aku dapat merasakan basahnya liang kenikmatannya karena gerakan jari-jariku. Cik Melly mendesah kenikmatan sambil terus memencet joystick-nya dan karena dia tidak konsentrasi, dia akhirnya mematikan Power Play Station dan mendekatiku yang sedang duduk di depan selangkangannya.

"Joe, kamu nakal yah sama Cik Melly, sekarang Cicik mesti membalas kamu", dia berkata sambil menunjukkan telunjuknya ke arahku. Aku hanya tersenyum saja dan dia tiba-tiba menciumku yang masih berada di bawah kursi di mana dia barusan duduk. Aku kaget bercampur senang dan tanpa membuang kesempatan, aku langsung menelanjanginya di dekat TV karena aku juga sudah terangsang memperhatikan dia sewaktu dia bermain Play Station barusan.

Aku mencium bibir Cik Melly dan Cik Melly juga memainkan lidahnya di dalam mulutku, sementara tanganku secara refleks bermain-main di daerah selangkangannya yang membuat nafasnya semakin memburu dan aku tahu bahwa dia menuntut lebih dari sekedar cumbuan. Aku kemudian berpindah posisi karena sekarang wajahku mendekati liang kewanitaannya dan mulai menjilatinya dengan liar sementara tanganku mulai memencet puting payudaranya dan seakan-akan aku sedang memainkan "tuts joystick" milik Cik Melly. Cik Melly menjawabnya dengan desahan-desahan kecil sehingga membuat batang kemaluanku semakin menegang dan aku semakin ingin merasakan nikmatnya liang kewanitaan seorang "Play Station" girl.

Dengan nafsu dan tanpa aba-aba dari Cik Melly, aku memasukkan batang kemaluanku yang telah menegang ke dalam liang kenikmatannya sehingga matanya yang sipit menjadi besar dari biasanya dan dia menggigit bibirnya seakan-akan sedang menahan sesuatu yang nikmat bercampur sakit karena batang kemaluanku yang termasuk besar di saat aku sedang terangsang. Aku terus menggenjot tubuh Cik Melly karena aku sangat menyukai jepitan-jepitan liang kewanitaan tubuh cewek penggemar Play Station ini. Aku merasakan nikmat sekali dan tak berapa lama, Cik Melly bergetar hebat dan melenguh dengan hebatnya dan di saat yang bersamaan, aku dapat merasakan batang kemaluanku dibanjiri oleh cairan kenikmatan Cik Melly dan tentunya aku merasakan nikmatnya cairan Cik Melly dan aku langsung mencium bibirnya yang ranum.

Aku masih belum puas dan Cik Melly nampaknya sudah kelelahan. Aku kemudian mencoba ide yang aneh di saat Cik Melly sedang kecapaian. Aku memang pernah praktikum Fisika Listrik sewaktu di SMP sehingga aku memiliki cukup pengetahuan mengenai listrik dan alirannya. Dengan ide tersebut, aku memasang kembali power plug dari Play Station yang baru saja dia matikan dan aku mencabut kabel main power dari Play Station tersebut. Dengan sedikit keahlianku di bidang listrik, aku berhasil meredam kekuatan listriknya sehingga main power yang bisa menyetrum orang sekarang menjadi tidak bahaya lagi. Kemudian, aku mendekatkan kabel tersebut ke liang kewanitaan Cik Melly. Aku melihat adanya percikan-percikan listrik yang kecil kekuatannya akibat tercampurnya kabel main power tersebut dengan cairan kewanitaan dari Cik Melly.

Setruman-setruman kecil di dalam tubuh Cik Melly membuat Cik Melly menjadi mendesah dan kadang-kadang bercampur dengan lenguhan yang terdengar erotik. Aku menyukai permainan ini dan aku semakin mencoba membesarkan voltage dari kilikan-kilikanku sehingga aku berhasil membuat Cik Melly bergetar beberapa kali karena dia pasti merasakan nikmatnya seks karena setruman-setruman listrik yang voltage-nya telah kuatur sehingga tidak membahayakan dirinya dan tentunya bisa memberikan kenikmatan yang belum pernah dia terima seumur hidupnya.

"Joee, udah.. Joe.. gue bisa gila nih kalo elu lakuin terus-menerus", katanya yang selalu diiringi dengan lenguhan dan desahan yang membuatku semakin terangsang dan ingin menyetubuhinya setelah aku puas mengerjainya. Aku melepaskan plug dan mencabut kabel dari liang kewanitaannya. Sekarang aku melihat liang surganya yang penuh dengan cairan kewanitaannya dan Cik Melly mengaku bahwa dia telah klimaks selama 10 kali sewaktu aku memasukkan kabel ke dalam liang kenikmatannya.

Aku sudah tidak sabar untuk memasukkan batang kemaluanku yang semakin menegang dan dengan nafsunya, aku langsung menghujamkan batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya. Kugenjot tubuhnya sehingga dia nampak kewalahan karena dia telah klimaks beberapa kali sehingga aku yakin bahwa dia merasakan kelelahan yang bercampur dengan rasa kenikmatan tapi aku tetap tidak peduli karena aku terus menggenjot tubuhnya.

Selama satu jam kemudian setelah aku menggenjot tubuhnya yang putih mulus tersebut, aku menjadi tidak tahan oleh jepitan-jepitan liang kewanitaannya sehingga aku semakin semangat menggenjot tubuhnya dan di saat yang bersamaan kami sama-sama melenguh karena kami mengeluarkan sensasi klimaks tersebut secara bersamaan. Aku jatuh kelelahan di atas tubuhnya yang putih bersih itu. Tak lama kemudian, aku kembali mencium bibirnya yang mungil dan mengulum lidahnya di dalam bibirku.

Aku memang sudah puas setelah menggaulinya tetapi aku masih belum puas untuk mengerjainya. Cik Melly masih kelelahan karena kenikmatan yang baru saja diterimanya. Aku kemudian menyuruhnya untuk membentuk posisi anjing dengan tubuhnya menghadap ke arah TV sementara perutnya beralaskan kursi yang dia gunakan barusan untuk bermain Play Station. Setelah dia membentuk posisi tersebut, aku meninggalkannya dan menyalakan Play Station sampai dia siap memainkan game Final Fantasy 8 kegemarannya. Tidak berapa lama setelah dia memainkan permainannya yang telah dia save sebelumnya. Dia masih asyik bermain game favouritnya dan aku sedang asyik mengocok batang kemaluanku yang masih lemas karena baru saja memuntahkan cairan kenikmatan di dalam liang kenikmatan Cik Melly.

Aku menjadi terangsang kembali karena melihat posisi tubuh Cik Melly apalagi disertai oleh tubuhnya yang putih bersih karena tidak berbusana sama sekali. Aku kemudian mendekati Cik Melly yang sedang membelakangiku, kumasukkan batang kemaluanku ke dalam anus Cik Melly sehingga keseriusannya bermain berubah mendadak, karena dia tiba-tiba menjatuhkan joystick dan menjerit-jerit karena batang kemaluanku telah menguasai anusnya yang kecil. Aku terus menggenjot anus Cik Melly sambil mengusap-usap punggung putih Cik Melly. Cik Melly terlihat mulai menyukai permainanku karena teriakan-teriakan kesakitannya telah berubah menjadi desahan dan lenguhan panjang yang membuat batang kemaluanku menjadi semakin nikmat.

Cik Melly asyik meresapi genjotan batang kemaluanku yang berada di anusnya tanpa memperhatikan TV yang masih menyala dengan game kesukaannya. Aku terus menggenjotnya sampai suatu ketika aku merasakan sesuatu yang ingin kuledakkan ke dalam anusnya, kupercepat dan akhirnya, "Arghh..", aku kejang sesaat karena aku sedang melampiaskan nafsuku dan aku memeluk Cik Melly dengan erat sekali. Cik Melly kemudian membalikkan badannya dan menciumku dengan senyumannya yang cantik sekali dan penuh dengan rahasia. Sebagai tanda terima kasihnya, Cik Melly memberikanku gratis bermain Play Station selama 1 bulan bahkan ketika Customer dia telah pulang semua, aku bisa mengajak dia "main" bersamaku tentunya setelah aku bosan bermain Play Station.

Dokter Jaga

San.. hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat.
"Udah makan belum?" suara merdu di seberang sana menyahut.
"Cie.. illee, perhatian nich", aku menyambung dan, "Bodo ach", lalu terdengar tuutt.. tuutt.. tuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup.

Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Sandra yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu. Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Sandra sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Anton tapi aku juga tidak pasti.

Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga.
"Siapa?" tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata.
"Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul", suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Lena rupanya.
"Ya", sahutku sejurus kemudian.

Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, "Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?" demikian resume singkat yang diberikan olehnya.

"San, elu makin cantik aja", pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Sandra mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih.

Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.
"Dok, tolong dok.. jangan dipotong", pintanya kepadaku memelas.
Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua.
"Siapa nama Bapak?" begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini.
"Praptono", sahutnya lemah.

"Begini Pak Prap, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 - 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapih dan tidak compang-camping seperti ini", begitu penjelasan aku pada mereka.

Kira - kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.

"San, elu mau jadi operatornya?" tanyaku setelah semuanya siap.
"Ehm.. aku jadi asisten elu aja deh", jawabnya setelah terdiam sejenak.

Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Sandra mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku. Huh.. aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan.

Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Sandra. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih.

Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), "Ooopss.." terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya.
"Ngapain lu di sini?" tanyanya ketus.
"Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?" tanyaku tak mau disalahkan begitu saja.
"Ya, udah keluar sana", suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.

Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Sandra tertunduk dan.. ya ampun.. pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, "San, pundak elu bagus", bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi.

Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. "Aaacch.. ach.." desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.

Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, "Aach.. ach.. sshh", tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya.

Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Sandra menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya.

Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. "Ssshh.. acchh.." Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Sandra memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.

Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, "Ach.. ach.. ach.." suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar. "Eeehhm.. ech.." tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, "Ach.." pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya.

Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, "Fran.. ugh.." teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. Kutarik restleting celananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Sandra meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, "Fran.." desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu.

Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Sandra sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana berwarna dadu dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku. Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Sandra sudah mengangkang lebar tapi labia mayoranya masih tertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan.

Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. "Eehh.. ach.. ach.. ehh", desahnya berkepanjangan. Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.

"Fran.. ambilah.." bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Sandra tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. "Tunggu", pintanya ketika aku ingin bergerak.

Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Sandra pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Sandra pun mulai dapat mengimbanginya.

Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "Yach.. ach.. eehmm", desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar. Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Sandra kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. "Eeegghh.." jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, "Croot.. croot", memberikannya kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya bagi Sandra terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku.

Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua.

"Fran.. thank you", sesaat kemudian, "Ehmm.. Fran aku boleh tanya?" bisiknya perlahan.
"Ya", sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya.
"Aku.. gadis keberapa yang elu tidurin?" tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. "Yang pertama", kataku meyakinkannya, namun Sandra mengerenyitkan alisnya. "Sungguh?" tanyanya untuk meyakinkan.
"Betul.. keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil", bisikku di telinganya. Sandra tersenyum manis.
"San, thank you juga", itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap.

Haniku Sayang

Aku 36 th, married dan telah memperoleh 3 orang anak, bekerja di bidang medis, dan tinggal di Selatan Jakarta. Wajahku biasa aja, hitam manis kata istriku, tinggi badan 165 cm, rambut lurus-halus cenderung tipis. Kehidupan sex-ku normal, bahkan dapat dikatakan aku mempunyai nafsu sex yang tinggi.

Meskipun dengan istriku aku telah mendapatkan kepuasan, namun sebagai laki-laki normal, aku juga mempunyai fantasi untuk melakukan hubungan intim dengan wanita lain. Aku akan sangat terangsang pada type wanita kutilang-dara (kurus tinggi langsing, dengan dada rata). Itulah gambaran diriku, menjelang Valentine's day ini aku jadi teringat peristiwa 5 th silam, dan kucoba untuk menuangkan dalam bentuk tulisan.

Antara 1997-98 aku mendapat tugas belajar di Surabaya. Kota Surabaya sangat tidak asing bagiku karena disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku putuskan untuk kost karena gak mau ngerepotin sanak-saudara, lagian cuman 6 bulan. Baru 2 hari dan belum selesai beresin baju – buku2 yang kubawa, nafsu dan gairahku meningkat butuh penyaluran, sampai akhirnya onani. 'Gue gak bisa kaya gini terus..' pikirku dalam hati.
Besoknya aku cari beberapa no telf teman2 deketku se-angkatan. Singkatnya aku dapatkan no seorang teman, sebut saja Hani, usia kami sebaya, married with 2 kids. Kami dulu pernah deket, sering jalan bareng juga 1 kelompok saat praktikum.

Hanni keturunan chinese, cukup tinggi untuk ukuran wanita, kulit putih, dada rata. Awalnya hanya saling telfon, diskusi, makan-makan dan jalan bareng, sampai suatu saat (pertengahan februari) dia telfon (kayanya abis nangis) ingin bertemu.

"Mas, bisa nggak datang ke rumahku, aku pengen cerita".
'Ok, say, ntar ktemu di tempat biasa ya, jawabku.
Dengan Lancer th 83'an aku meluncur menemuinya, kemudian bareng ke rumahnya. Dalam perjalanan kami ngobrol macem-macem mulai ilmiah, politik sampai hal-hal yang jorok,
"Mas, kapan pulang ke Jakarta?" dia tanya (jadwalku pulang tiap bulan).
"Minggu depan, emang knapa?" aku balik tanya.
"Gak papa sih cuman, iseng aja".
'Kalo cuman iseng, jangan cuman nanya..ngerjain aku deh', timpalku.
'Hehehehe dasar ngerest, otakmu' tak terasa kami telah sampai ke rumahnya hani membuka pintu pagar rumah. (terasnya kotor..penuh debu, kaya beberapa hari gak disapu.
'Kamu tinggal disini??' tanyaku heran.
"kebangetan deh..aku gak tinggal disini, ini rumah ortu yang kmaren abis dikontrakin, seminggu sekali aku tengok dan bersihin", jawabnya sambil masuk ke dalam.

Aku masukkan mobilku dan segera masuk rumah..
Meskipun tersanya kotor penuh debu, tapi rumahnya gak pengap.. Cukup nyaman, perabotannya terpelihara. Hani mempersilahkanku duduk smentara dia sapu teras depan.
'Enak2in diri ya..aku bersih2 bentar'katanya.
'Gimana mau enak.. udah gak disuguhi minum,.. Ditinggal lagi,' sahutku
"Udah ah, aku mandi dulu ya?". Langsung aja otakku ngeres membayangkan tubuhnya yang indah di balik baju yang dikenakan
'Whats the problem?' tanyaku basa-basi, sambil pindah duduk kesebelahnya. 'Biasa.. masalah keluarga', katanya.
'Is it about sex?' Gue becandain
'Loe tetep aja kaya dulu, sableng, and gak jauh dari sono'.. tapi ada benernya sih .. meskipun gak langsung', jawabnya.

Kemudian Hani cerita panjang lebar, intinya rasa gak puas sikap suami yang otoriter dan selalu menyalahkannya bila ada perselisihan dengan mertua.
"aku bner2 capek, Sony (suaminya) selalu berpihak ama ibunya, padahal aku berusaha netral kalo mertua ngomel2". Sambil terisak dia akhiri ceritanya.
Saat aku pegang tangannya, dan dia diam, malah bilang "boleh aku nyandar di dadamu?". Aku mengangguk dan segera meraihnya serta membelai rambut sebahu itu dengan lembut. Kucium keningnya perlahan, Hani tengadah dan berbisik lirih "Mas, aku butuh support, kasih sayang dan belaian mesra".

Saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang diciptakannya, sehingga tanpa rasa canggung kucium matanya, hidungnya, hanni menngeliat sehingga bibir kami bertemu. Hanni bangkit dan berkata lirih sambil memelukku, "hold me tight, im yours now".
Aku cium kembali bibirnya dengan lembut, hani merespon dan memagutku. Kami berpelukan bagai sepasang kekasih yang baru berjumpa setelah sekian lama berpisah dengan segunung kerinduan.

Dengan posisi hani duduk di pangkuan, tanganku bergerak meraba rambut dan lehernya, Hani melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang udah tegang dibalik celanaku. Tangan kananku kemudian bergerak dari perutnya kearah pinggul, hani bergeser turun dari pangkuanku sambil menaikkan pahanya, otomatis dasternya terangkat. U know what?, ternyata hani gak pake CD.

"mas aku pengen,.. do it now bisiknya. Segera aku jilat mecky merah muda yang indah dengan sedikit rambut namun panjang2 itu, aku basahin dan sibakkan bulu2 halusnya dengan lidahku sambil sesekali menyentuh clitnya.
'Ahh, .. mas.. Aku..pengen, fuck me now'.. Tangannya berusaha membuka celanaku dan menggenggam penisku.
'Aku risih di sini' aku berasa gak enak karena masih di ruang tamu.
"kamar yuk', katanya berdiri dan mengunci ruang tamu tempat kami melakukan pemanasan.
'Siapa takut.. , dia tersenyum dan berjalan sambil membuka dasternya, aku ikuti dari belakang, begitu indah tubuhnya..mulus bak pualam.

Ruang tidur utamanya berukuran 5x6 m luas dan cukup mewah. Yang istimewa adalah adanya cermin besar (mungkin 3X2,5 m) di depan bed. Didepan cermin aku peluk Hani yang dengan cekatan membuka kemeja, celana serta CD-ku, begitu indah dan menggairahkan. Erotis banget gerakan2 kami dilihat dari cermin itu.

Penisku segera mencuat kencang seakan-akan kegirangan menemui kebebasannya. Aku puaskan seluruh dahaga-ku, kami saling meraba dan berciuman. Setelah beberapa saat saling meraba, Hani menghempaskan tubuh indahnya ke tempat tidur yang telah menanti. Kuteruskan kegiatanku yang terhenti tadi, hoping that she'll understand what I want. Look's like she catch what im thinking, Hani berbalik memposisikan diri pada posisi 69.. dia kulum penisku, yang segera berkembang, ke ukuran tempurnya dengan diameter 2,5-3 dan panjang 15-16an -cm.

Ahh.. skarang aku mendesah menikmati kuluman dan hisapan lembut Hani.. 'Kamu jago banget ngisep, Han' kataku memujinya, sambil tetap menghisap meckynya, yang telah dibasahi lendir gairah.
Ohh,.. mas.. ayo.. katanya bangkit dan jongkok diatas miniature monasku..
Diraih dan diarahkan penisku ke liang senggamanya, kemudia dia bergoyang naik turun sambil menggigit bibirnya. I catch her tiny breast and squeze it slowly, then after 3 mnts, Hani wants me on her body.. tampaknya hani telah mencapai orgasmenya saat dia menunggangiku..

Aku balik badannya dengan posisi penis masih tertanam. Hani membantu membuka lebar2 gerbang surgawinya.dengan mengangkat ke 2 pahanya ke atas.
Aku maju mundurkan penisku, dengan ritme 5 kocokan ringan X 1deep penetrated, 'Mas.. , mmhh, ..Deeper.. Harder.., dia meracau..
'Ini udah maksimal kataku',..
Hany ketawa .. sehingga otot2 vaginanya ikut berdenyut seirama tawa.. ,
aku tarik tubuh hanni ke ujung bed, dan kutekan dalam-dalam penisku. Hanni berteriak histeris menikmati gaya permainanku, ke2 tangannya menarik pinggulku seakan-akan menahan penisku tetap pada posisinya.
Han.. Aku mo sampai.. belum sempat dia menyahut aku keluarkan spermaku ke rahimnya.. Sepertinya hanni juga telah mencapai orgasme nya yang ke 2 saat itu. Kami bercanda dan bercengkrama di tempat tidur sehabis pertempuran yang menguras tenaga tadi.
'tadi kamu kebangetan deh, gue gak bisa nahan ketawa waktu loe bilang udah maksimal'.., 'loe yang kebangetan', timpalku udah tau penisku segitu malah bilang lebih dalem.., gara-gara kamu ketawa aku gak kuat nahan,..abis meckymu juga ikutan ketawa timpalku..
'Hehehehe siapa suruh loe nahan', katanya. Udah ah, mandi bareng yok, katanya manja sambil menciumku.

Setelah kejadian itu kami semakin sering ktemu dan ML di tempat-tempat yang memungkinkan, sampai aku selesaikan tugas belajarku.

Handphone 5110

Namaku Toni dan umurku sekitar 26 tahun. Selain pekerjaan tetapku sebagai seorang staff di sebuah perusahaan swasta, aku juga mempunyai usaha sampingan jual beli handphone.

Aku tinggal di daerah Jakarta Selatan, bersama dengan kakakku, Mbak Tina dan suaminya, Mas Amir. Maklum, masih bujangan dan sementara Mbak Tina itu belum punya anak, jadi untuk 'meramaikan suasana' aku tinggal bersama mereka.

Pada suatu ketika, Mbak Tina itu menanyakan kepadaku, apakah aku mempunyai handphone jenis Nokia 5110. Karena temannya, sebut saja Ayu, sedang mencari handphone jenis itu. Kebetulan sekali aku ada stock handphone tipe itu. Ayu, teman Mbak Tina itu, umurnya sekitar 27 tahun dan sering juga main ke rumah kami, sudah cukup akrablah dengan kami. Wajahnya lumayan manis, kulitnya putih bersih dengan rambut sebahu, yang kadang suka membuatku agak deg-degan juga saat melihatnya. Setelah harga sesuai dan barang siap, 3 hari kemudian, kebetulan hari Minggu, Ayu berniat untuk mengambil handphone tersebut. Sebetulnya Mbak Tina tidak ada rencana untuk pergi pada hari Minggu itu karena Ayu akan datang, hanya saja sekitar jam 10-an, Mas Amir ditelepon temannya yang mengatakan bahwa ada seorang dari teman mereka yang meninggal. Maka mereka pun segera berangkat, sebelum berangkat Mbak Tina berkata kepada saya, "Ton, nanti kalo si Ayu datang, suruh makan yach, udah dimasakin tuh, trus kalo mau pulang, nggak usah tungguin Mbak dan Mas Amir dech."
"Iya Mbak, pokoknya beres dech.." jawabku.
Memang Ayu ini sudah seperti keluarga.

Sekitar jam 12-an, Ayu datang. "Kok sendirian aja Mbak, mana 'gandengannya', nggak diajak nich.." godaku, meski aku tahu kalau Ayu belum punya pacar. Aku memang memanggil dia dengan Mbak karena dia teman Mbak Tina. Dia hanya tersenyum.

"Mana Mbak Tina dan Mas Amir, Ton?" Tanya dia.
"Lagi melayat temannya Mas Amir, Mbak.." jawabku.
Maka setelah ngobrol ke sana ke mari serta menunjukkan handphone yang akan dia beli itu, kemudian Ayu berkata, "Ton, ajarin Mbak yach pakenya, abis Mbak kan baru sekarang punya ini, musti belajar dulu."
"Beres Mbak, tenang aja.." jawabku.
Maka sambil duduk di sebelahnya, aku mulai mengajarinya cara menggunakan handphone itu. Hmm.. wangi tubuhnya yang putih bersih itu mulai tercium. Kulitnya yang mulus ditumbuhi bulu-bulu halus ditangannya. "Wah.. tipe cewek gini nich yang gue suka", kataku dalam hati. Semakin lama aku semakin berani untuk mendekatkan posisi dudukku, semakin merapat ke sisi Ayu. Sambil sesekali aku curi-curi mencium rambutnya. Oohh.. tiba-tiba aja aku ingin membelai rambutnya.

Setelah beberapa penjelasan yang kuberikan, dia mulai mencoba handphone itu, meski beberapa kali ada salah pencet tombol. Karena salah itu, aku meralat dengan menekankan tombol yang benar, yang mau tidak mau, aku harus memegang jari-jari manis Ayu. Entah tiba-tiba saja, aku menggenggam tangan Ayu. "Tangan kamu halus sekali Yu, lembut.." kataku. Wajah Ayu yang putih berubah jadi kemerahan dan tertunduk saat aku menatap matanya, "Ah kamu Ton, biasa aja.." Aku semakin memberanikan diriku, aku menaruh handphone itu di meja dan mulai meremas tangan Ayu. "Kamu manis sekali Ayu.." Ayu hanya diam saja sambil tetap menunduk. Aku memegang pundaknya dan memutar badannya hingga berhadapan denganku. Kusentuh dagunya dan kuangkat wajahnya, hingga aku bisa melihat dengan jelas betapa manisnya wajah Ayu, meski agak merah karena malu mungkin. Aku tersenyum dan dia pun balas tersenyum.

Aku semakin nekat, perlahan-lahan aku mendekatkan wajahku ke arahnya dan kulihat dia mulai memejamkan matanya. "Nah, ini dia nich.." pikirku. Perlahan aku mulai menyentuh bibirnya yang mungil itu. Tak kusangka, ternyata dia membalas kecupanku. Semakin aku bernafsu untuk melumatkan bibirnya, ternyata semakin 'buas' juga dia membalasnya. Hmm.. aku jadi tidak tahan.

Perlahan aku mulai melingkarkan tanganku ke pinggangnya, dia membalasnya. Aku semakin mendekapnya, dan kurasakan gumpalan payudaranya yang mungil, hangat di dadaku. Sambil terus berciuman, aku mulai merebahkan Ayu di karpet tempat kami duduk. Sementara itu, batang kemaluanku mulai berdiri. Sambil masih mengenakan baju, aku menggesek-gesekkan batang kemaluanku itu ke belahan selangkangannya. Kebetulan dia mengenakan kulot dari bahan yang agak tipis, sehingga gundukan kemaluannya bisa kurasakan meski masih memakai celana. Kulihat dia masih memejamkan mata sambil sesekali kudengar nafasnya yang memburu. Dia pun membalas goyangan pinggulku dengan menggoyangkan pantatnya.

"Hmm.. mungkin dia sudah pernah nich", pikirku. Kami semakin panas, perlahan aku mulai melepaskan kancing kemeja putih yang dia kenakan, satu persatu sambil kudengar nafasnya yang makin cepat. Setelah semua kancing kulepaskan, mulai kusingkap ke kiri dan ke kanan kemejanya itu. Ohh.. payudaranya tidak terlalu besar memang, tapi kulitnya itu yang membuat jantungku berdegup keras, seperti lilin, halus sekali. Aku mulai mencium bagian telinga, lalu semakin turun ke leher. Ayu menggelinjang, kuteruskan ke bagian dadanya sambil perlahan kulepaskan bra-nya. Kulihat puting payudaranya yang berwarna merah muda itu sudah membesar dan payudaranya agak keras. Kucium perlahan-lahan sekitar putingnya, Ayu semakin menggelinjang.

"Aahh.. terus Ton, teruuss.. aahh.." desahnya. Sambil terus mencium dan menjilat payudaranya, perlahan kulepaskan kancing celananya. Rupanya Ayu paham akan maksudku itu, dia mengangkat pantatnya sedikit sehingga dengan leluasa aku melepaskan celananya. Rupanya diapun tidak mau ketinggalan, dia melepaskan satu persatu kancing kemejaku, sebelum habis semua kancing kemejaku terbuka, aku segera melepaskannya. Setelah itu, Ayu melepaskan kancing celanaku. Kini kami hanya mengenakan celana dalam saja. Aku kemudian menggesek-gesekkan batang kemaluanku yang masih ditutupi celana dalam itu ke selangkangannya. "Ahh.. semakin terasa sekarang.." pikirku.

"Kamu cantik sekali Ayu, kamu manis.." rayuku. Kembali kucium sekitar payudaranya sambil perlahan-lahan kuturunkan ciumanku ke bawah. Terus ke pusar, kulihat dia kegelian, sambil meremas rambutku. "Teruskan Ton, aku ingin.." katanya. Terus kuciumi sampai akhirnya tiba di selangkangannya. Samar-samar bisa kulihat bulu-bulunya yang lebat di balik celana dalamnya yang menggunung itu. Kuciumi, hmm.. wangi sekali. Secara naluriah, Ayu merenggangkan kakinya sehingga aku semakin leluasa menciuminya.

Semakin lama kulihat semakin basah celananya itu, maka dengan cepat aku melepaskan celana dalamnya itu. Benar, rupanya sudah basah, aku perlahan mulai menjilati liang kewanitaannya yang basah. Ayu semakin menggelinjang, kusedot, kujilat klitorisnya. "Suu..daahh.. Toonn.. mmaa..ssuu..kkiinn.." desahnya tak sabar. Maka dengan segera aku melepaskan celana dalamku dan memasukkan batang kemaluanku ke liang kewanitaan Ayu. Mungkin karena sudah basah, dengan mudah kejantananku menerobos masuk. Aku sempat berpikir sejenak, kok langsung yach, Ooo.. berarti Ayu memang sudah pernah berhubungan sebelumnya.

Dengan perlahan aku mulai menghujamkan batang kemaluanku, semakin dalam semakin hebat gelinjang Ayu. Setelah kurasakan semua sudah masuk, perlahan aku mulai bergerak keluar masuk, pelan.. pelan.. Ayu pun tak kalah, dia menggoyangkan pantatnya. "Aahh.. teerruuss.. Tonn.. aahh.." desahnya. Aku pun semakin cepat bergerak, sambil kuhisap putingnya. Rupanya Ayu akan orgasme, gerakannya semakin liar. Tak lama kemudian, dengan gerakan mengangkat bagian punggungnya, dia dengan 'agak kasar' melumat bibirku dan kurasakan batang kemaluanku terasa berdenyut-denyut dan terjepit. Dan, "Aaahh.." dengan jeritan tertahan, Ayu seolah menggelepar dan tak lama kemudian tubuhnya terkulai lemas. Dia sudah orgasme rupanya, sambil menatapku, dia berkata, "Kamu hebat Ton, kamu terusin aja, sampe kamu juga dapetin yach sayang.."

Kembali aku menggerakkan batang kemaluanku keluar masuk. Ayu mengulum bibirku, rupanya dia sudah mulai panas lagi, goyangan pantatnya semakin cepat dan semakin cepat. Kurasakan bahwa spermaku sudah hampir tiba di ujungnya, aku semakin mempercepat gerakanku, diimbangi oleh gerakan Ayu. "Aahh.. Ayuu.. aku mau keluar nicchh.." desahku. "Samaa.. Ton, aku jugaa.. aahh.." jerit Ayu tertahan berbarengan dengan muncratnya spermaku keluar. Pada saat spermaku akan keluar itu, kuhujamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam liang kewanitaan Ayu, "Aaahh.." Kami keluar bersamaan, sesaat mataku terasa berkunang-kunang dan selanjutnya aku merasa melayang.

Ah, rupanya cukup banyak sperma yang telah kukeluarkan di dalam liang kewanitaan Ayu, karena aku merasa beberapa kali menyemprotkannya dan setelah itu masih terasa terus mengalir keluar. Terasa hangat ujung kemaluanku itu. Ayu pun tampaknya sangat puas.

"Ton.. Kamu hebat sekali, aku bisa sampe 2 kali keluar.. kamu hebat sekali sayang.."
"Terima kasih sayang", kataku sambil mengecup kening Ayu.
"Biarkan di dalam saja sayang, aku masih ingin merasakan hangatnya.." bisik Ayu di telingaku. Rupanya Ayu punya maksud lain dengan membiarkan batang kemaluanku itu tetap di dalam liang kewanitaannya.

Setelah kami dapat mengatur nafas kembali, kurasakan pantat Ayu kembali digerak-gerakkan. Gerakannya memutar dan naik turun. Batang kemaluanku yang sudah terkulai lemas, dengan gerakan seperti itu, kembali mulai tegang. "Kamu diam aja Ton, sekarang giliran aku yang akan membuat kamu melayang", bisik Ayu.

Pada saat batang kemaluanku sudah kembali tegang, Ayu memintaku untuk segera mengeluarkan batang kemaluanku itu dari dalam liang kewanitaannya. Begitu batang kemaluanku keluar, aku langsung didorong ke belakang hingga aku telentang dan tanpa kusangka, Ayu mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Aaahh.. rasanya geli bercampur nikmat, apalagi pada saat lidahnya bermain-main di sekitar ujung batang kemaluanku. Dia hisap ujung batang kemaluanku, lalu dengan perlahan dia mulai memasukkan ujung batang kemaluanku ke dalam mulutnya, terus hingga setengah batang kemaluanku memenuhi mulutnya.

Astaga, geli bercampur nikmat kurasakan hingga di ubun-ubunku. Dia terus mengulum dan mengisap batang kemaluanku, hingga akhirnya, "Aaahh.. Ayuu.. akuu.. maauu.. keeluuaarr.. aahh.." aku sudah tak tahan lagi, dengan batang kemaluanku yang masih di dalam mulutnya, kumuncratkan spermaku. Kupikir Ayu akan segera mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya begitu spermaku muncrat, tapi ternyata tidak. Dia malah seperti mengisap-isap batang kemaluanku hingga aku merasa melayang-layang.

"Aaahh.. Ayu.. kamu hebat sekali, aku nggak kuat" kataku sambil tersenyum pada Ayu. Batang kemaluanku benar-benar merasa tersedot seluruh isinya, aku lemas sekali. Dan ketika tidak ada sperma yang keluar lagi, Ayu mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya. Ohh, rupanya dia menelan semua spermaku itu karena batang kemaluanku bersih dan dari mulutnya pun tak ada sisa sperma yang tertinggal.

Setelah itu kami tidur-tiduran di karpet tempat kenikmatan terjadi, sambil aku memeluk Ayu dari belakang. Aku dapat melihat kepuasan mamancar dari wajah Ayu yang memang ayu itu. Sungguh Ayu, aku pun puas sekali. Dan semenjak saat itu, dengan alasan belajar memakai handphone, aku dan Ayu sering bertemu dan mengulangi segala kenikmatan yang telah kami lakukan, baik di tempat Ayu maupun di rumahku sewaktu Mbak Tina dan Mas Amir tidak ada.