Tuesday, June 17, 2008

Membandingkan Kenikmatan

10 Tahun aku jalani Hubungan dengan Tuti , wanita yang mewarnai kehidupanku. Perkenalan kami dimulai dari hubungan kerja dikantor sampai terjadi hubungan intim. Waktu itu dia atasanku. Usia Tuti lebih tua 4 tahun dariku tapi bodynya yang aduhai, pantat menonjol dada 34B membuat orang tergiur untuk mendekapnya selain kulitnya putih. Beruntungnya aku yang kulit coklat, tinggi 168 dan berat badan 50 kini usiaku genap 37 tahun yang tergolong badan saya biasa-biasa saja tapi bisa memiliki Tuti .

Tuti adalah orang kepercayaan Pemilik usaha hiburan dikota bandung juga sebagai cewek simpanannya tentunya hubungannya sudah jauh. Pertemuan Tuti dengan Bosnya boleh dibilang jarang paling cuma sebulan sekali. Dari keseringannya kami bersama dan kebutuhan sex Tuti dirasa kurang maka hubungan aku dan Tuti pun terjadi layaknya suami istri. Kapanpun bila sedang horni kita cari hotel atau motel yang penting hasrat untuk bercinta dapat terwujud.

Cintapun mulai bergejolak kami sulit untuk dipisahkan sampai hubungan kita terdengar sama Bosnya Tuti yang sampai marah besar karena merasa telah dikhianati Tuti . Saat ditanya "mau pilih saya atau dia" Kata bosnya. Tuti lebih memilih aku. Padahal hubungan kami juga tidak direstui baik orang tua Tuti maupun orang tuaku karena perbedaan agama. Tapi Aku tak senekad Tuti yang berniat Kawin lari, aku masih ingin punya status perkawinan yang direstui. Untuk itu akupun mencari wanita selain Tuti yang akan menjadi Istri saya. Tentunya keputusanku ditentang Tuti . Hatinya hancur, kecewa, marah bercampur cinta. Tetapi setelah aku merayunya dan menerangkan kehidupan pernikahan kalau tidak direstui itu beresiko maka dengan berat hati Tuti melepas aku menikah dengan orang lain.

Keperjakaan saya memang Tuti yang mengambil dan aku tidak mendapatkan keperawanan Tuti karena aku mendapatkan Tuti sudah menjadi simpanan bos. Baru pada Perrnikahan saya dengan Ami yang mempunyai badan putih langsing usianya terpaut jauh lebih 15 muda dengan saya pada saat perkawinan itu Ami masih berumur 21 tahun sedang saya 37 tahun, ketika itu aku dapat merasakan bagaimana membelah perawannya seorang wanita.

Permainan bercinta aku waktu sama Tuti biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa tetapi beberapa posisi telah dipermainkan walau tidak pernah lebih dari satu jam dan 3 ronde dalam sehari dalam interval waktu istirahat yang cukup panjang juga. Kini malam penganten diranjang penganten apalagi kalau tidak untuk melakukan kewajiban sebagai suami terhadap istrinya, aku mempunyai perasaan kalau aku tidak dapat memuaskan wanita yang jauh lebih muda dariku.

Dalam kamar dan ranjang pengantin aku mulai menciumi tubuhnya melumat bibirnya yang tebal dengan penuh nafsu, Sambil Tanganku mulai membelai perlahan rambutnya. Kemudian Ciuman turun ke lehernya dan kembali beradu bibir Kemudian tanganku merayap di pahanya. Ciuman kami bertubi-tubi.Bibir saling berpagutan. Lalu kusingkap bagian atas bajunya dan dengan leluasa tangan kiriku mengelus Buah dadanya. Ami sepertinya mulai terhanyut.Aku mulai menciumi bagian susunya. Ami sangat menikmati. Aku pun mendesah dan berbisik " Ami…. kamu cantik sekali..". Kemudian kurebahkan tubuhnya.. Terlihat buah dada Ami yang membusung.berukuran 34B. bulat dan padat berisi. Perlahan aku mulai mengulum kedua bukit tersebut secara bergantian. Putingnya yang merah kujilati serta aku hisap lembut. Ami memejamkan matanya dan mulai mendesah. Tangannya berpegangan pada sprei. Sementara tubuhnya terus bergeliat.
"aghhh..sshhshs..ugghh..". Desahannya membuatku makin lahap mengulum Buah dadanya. Tangan kiriku bergerilya menuju selangkangannya. Kumasukan jariku di antara CDnya dan kugesek-gesekan dipermukaan vaginanya.
"agh..Ka….. Ami sudah terangsang dengan permainanku. Kulumanku di Buah dadanya. kuhentikan Sejenak dan kembali mengulum bibirnya sementara tangan kiriku tetap menggesek-gesek vaginanya. Ciumanpun menjadi lebih memburu. Akupun lepas CDnya.

Karena sudah tak tahan aku langsung membuka seluruh pakaianku. Dengan penis yang sudah menegang sedari tadi. Ami hanya melihatku. yang sudah sangat bernafsu, maka aku langsung mengarahkan Penisku yang berukuran 14 cm itu ke lubang vaginanya. Aku lebarkan selangkangannya. sambil mengelus pahanya.
ujung Penisku mulai menusuk. Vagina Ami meringis. Aku elus buah dadanya biar Ami bisa merasakan rangsangan seksual pada bagian tubuhnya yang lain. Penisku pun mulai menusuk makin dalam. "ah...sakit ka...." ringisnya. Ku cium bibirnya agar mengurangi rasa sakit sedikit. Aku mulai melanjutkan kembali tusukan penisku ke vaginanya. Perlahan-lahan Penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Kurasakan otot vaginanya berdenyut. Sambil kucium bibirnya, kugoyangkan pantatku perlahan-lahan karena vaginanya masih dirasa sakit oleh Ami. Goyanganku naik turun makin lama makin cepat. Ami terlihat mulai menikmatinya. Aku segera mempercepat goyangan. Terasa nikmaaat sekkaalii. Tapi sekitar 10 menit vaginanya mulai banyak mengeluarkan cairan, kenikmatan dalam vagina berkurang mencengkram penisku
Karena becek terdengar suara dari bagian bawah. Sementar Ami terlihat terengah-engah. Matanya memejam dan bibirnya mendesah "aghh.. enaaakkkk kaa.... shhhhhh.....ahhhh.......!!!"
"kaa akuuu mauuu..." Aku yakin Ami mau orgasme. Ku percepat goyangan pantatku.
Dia mulai menggelinjaaang."aghhhh Kaaa...."
Goyangan pantatku makin dipercepat biar akupun dapat orgasme dan akhirnya akupun ahhhhhhh....ahhhh...Srooot...sroooot..srooot.....

Dua minggu aku telah aku bercinta setiap malam pagi ataupun siang, tetapi kenikmatan dalam berhubungan seks lambat laun terasa hambar. Mungkin aku melakukannya setiap hari dan sebenarnya Nafsu seks Ami tergolong besar, tetapi vaginanya terlalu becek dan cengkramannya kurang, juga dia hanya memikirkan kenikmatan sendiri.

Sering bila aku belum keluar Ami sudah keluar 3 kali, dia diam tidak ada perlawan untuk lebih menggairahkanku, bahkan banyak keluhan saat aku ingin mencapai kenikmatan puncak, "sakit kena kumis ka…." Atau "ka… genjotnya keatas yang bawah sakit…." Mungkin karena Ami sudah tidak bernafsu dan lambat laun Vaginanya mengering, sehingga akupun tidak berkonsentrasi penuh lagi akhirnya penisku layu sendiri tanpa ejekulasi. Kejadian itu selalu terulang dan pernah permainan kami sampai 2 jam dan aku belum keluar juga. Walau demikian aku terus mencari selah-selah yang dapat menjadi kenikmatan dalam berhubungan karena bagaimanapun Ami adalah istriku dan merupakan tanggunggjawab seorang suami dalam menjalani kehidupan seks terhadap istri.

Perasaan bersalah pada Tuti masih membayangiku walau Tuti sudah mengikhlaskannya Tetapi Tuti juga masih menyindir penghianatanku, "Kok bisa ya pacaran tidur ama aku kawinnya ama orang lain…." Dalam obrolan-obrolanku dengan Tuti untuk menghiburnya agar aku dapat sedikit mengobati rasa kecewanya padaku tanpa sengaja hingga kamipun janjian untuk bertemu, dan dengan waktuku yang sempit mencuri-curi keberadaanku dari istriku, kita ketemuan di pertengahan didaerah purwakarta.

Di dalam kamar sebuah hotel siang hari, kami ngobrol mengenang masa lalu dan saling mengungkapkan rasa rindu. Karena lama tak bertemu aku sengaja menatapnya lama-lama hingga Tuti jadi salah tingkah. "kenapa.. jelek ya?" serunya.
Aku hanya tersenyum dan merangkul pundaknya.
"Chayang masih sexy " timpalku. Tuti hanya membalasnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. aku langsung melumat bibirnya yang lembut. Hmm.. lidahku pun menjelajahi rongga mulutnya. "mmhh.. ssllpp.. mm.. sshh" Tuti menikmati permainan yang akan dimulai

Tanganku mulai menggerayangi seluruh badan Tuti . Perlahan-lahan kuusap lengan dan bahunya. Tuti makin terangsang mendorongku ke ranjang tanpa melepaskan ciumannya. Aku mengikuti saja. Dalam sekejap tubuh montoknya telah menindih tubuhku. Penisku mulai naik. Aku coba merentangkan kedua kakiku Perlahan tanganku mengusapi punggung dan lengannya. "sshh.. Ti…" desahku.

Kedua tangannya membelai kepalaku dengan lembut, dan akhirnya bergerak melepaskan kemejaku. Kini aku telah bertelanjang dada. "Sini sayang.. sshh.. oohh" Tuti memeluk tubuhku erat-erat sehingga dadaku dapat merasakan kenyalnya payudara Tuti. Aku tidak diam, lidahku menjelajahi leher dan tengkuk Tuti. Aku teruskan dengan menjilati bagian belakang telinganya,. "sshh.. Ka.. .. hh" tubuh Tuti menggelinjang menikmati perlakuanku. Aku tak peduli, lidahku terus menjalar ke bahu, dan akhirnya aku mencoba menurunkan baju yang dikenakan Tuti.

Aku mulai meremas kedua payudaranya yang montok. Tuti merebahkan tubuhnya dan menikmati remasanku. Sementara itu kedua tangan Tuti kembali merengkuh kepalaku untuk mengajak berciuman. aahh.. lagi-lagi aku merasakan kehangatan bibirnya. mmhh.. nikmat sekali. Birahiku semakin naik.. Aku jilati putingnya. "Sshh.. ohh.. Ka.. .. sshh" Tuti mendesah. Lidahku terus menjelajahi putting dan payudaranya "Sshh.. Ka.. " tiba-tiba Tuti bangkit dan memeluk tubuhku erat sekali. Hmm.. payudaranya yang hangat pun menempel di dadaku. Nikmat sekali. Tuti mendesah panjang
Tuti tersenyum. Kedua tangannya yang lembut membelaiku.
" Ka.. " desahnya. Wajahnya terlihat habis menuntaskan sesuatu"Udah keluar ya ?" godaku. Tuti tersenyum geli sambil mengangguk.

Tuti langsung mendorong tubuhku hingga jatuh lagi. Tuti tersenyum melihat batang penisku yang mulai tegang. Digelitiknya daerah sensitifku. Hmm.. geli enak. Tuti mengocok bagian pangkal penisku, dan dengan lidahnya dijelajahi batang penisku.. Akhirnya batang penisku masuk ke dalam mulutnya yang hangat. Ahh.. nikmat sekali. Kulihat kepala Tuti naik-turun. Sebelah tangannya mulai meggerayangi daerah perutku. Uuuhh.. nikmatnya. Birahiku semakin memuncak. Tak tahan kedua tanganku pun meremas rambut Tuti.

Birahiku yang semakin naik menuntunku untuk mengangkat tubuh Tuti naik ke atas tubuhku. Wanita itu tersenyum senang melihat birahiku yang menyala-nyala. Tuti duduk di atas pahaku, kedua tangannya merangkul leherku. Aku memeluk pinggang. "Sekarang Ka.. ?" desahnya. Aku biarkan Tuti merengek meminta. Dengan gemas Tuti memeluk tubuhku. Aku pun memutar tubuh hingga Tuti kembali terlentang. Aku dekatkan wajahku ke arah vaginanya. Hmm.. aroma kewanitaannya langsung tercium. Dengan lembut kujilati sekeliling vagina dan selangkangan Tuti sebelum akhirnya aku bergumul dengan bibir vaginanya yang masih rapat. "sshh.. Ka.. o.. aahh" Tuti menggelinjang menahan nikmat.

Lidahku menjelajahi vagina Tuti yang belum aku lakukan pada istriku . Jemariku pun ikut membantu melonggarkan liang vaginanya agar aku bisa menjilati klitoris Tuti . Tubuh Tuti terus menggelinjang. Nafasnya tidak teratur. Desahan menahan nafsu terus terdengar."Ka.. .. sshh" desahan Tuti. Bersamaan dengan itu dari vagina keluar cairan kewanitaannya. Hmm.. aku langsung menghirup cairan itu sambil menyedot dinding vagina Tuti . Tubuh Tuti sampai terlonjak. "sshh.. cukup ka.. Aku tersenyum Aku mulai mengarahkan batang penisku ke vagina Tuti . Pelan-pelan kumasukkan.. ssllpp.. aahh.. penisku pun amblas dalam vagina Tuti . Wanita itu merintih sejenak. Kemudian aku menggoyang-goyangkan pantatku untuk berbagi kenikmatan dengan Tuti ."Oohh.. oohh.. sshh.. aahh". Vagina Tuti terasa sekali mengulum penisku.

Kemudian aku mulai merasa vagina Tuti berdenyut kencang. Kemudian aku merasakan ada cairan yang menyirami penisku dari dalam vagina Tuti . aahh.. Tuti pun orgasme lagi
Kemudian kami berganti posisi. Tuti nungging sofa sambil berpegang pada sandaran, dan aku berdiri kutembus liang vagina Tuti dengan penisku. Tanganku memegangi pinggul Tuti yang ikut bergoyangan. Kuusap pantat Tuti yang halus dan mulus. Kamipun merubah posisi lagi, sambil duduk dan Tuti duduk di atas tubuhku.. Tuti memang lihai memimpin permainan. Aku memeluk tubuh montok Tuti. Uuuff.. lidahku segera menjilati, menikmati kenyalnya putting susu. Tuti berkali-kali menjerit di tengah desahan nikmat.


Setelah beberapa menit aku mulai merasa akan ejekulasi. "aahh.. ahh.. Ti….. udah pengen keluar nih" desahku. "sshh.. Ka.. .. aku juga barengan yaa…" lalu Tuti mencium bibirku. Kupeluk pinggang Tuti yang sedang bergoyang. "sshh.. gairahku semakin memuncak, dan juga dinding vagina Tuti mulai berdenyut. "Ka.. o.. bareng ya.. " desah Tuti . Aku mengangguk dan terus menggenjot Tutipun semakin mempercepat goyangannya. aahh.. ahh.... Croott.. crott.. crroott.. croott.. ccrroott.. ccroott. "aahh.. sshh.. Ka.. " Tuti kembali mengeluarkan. Dengan tubuh agak lemas kami berpelukan.
Penis masih tertancap dalam vagina Tuti ."sshh.. makasih sayang, aku udah berbulan-bulan nggak ngerasa kaya gini" desah Tuti lalu mengecupku."makasih juga cengkraman sayang, vaginamu tak sehebat istriku, aku puas. hehehe" jawabku.

Setelah istirahat satu jam kamipun berkemas untuk pulang ke kota masing-masing. Karena aku harus pulang kembali pada istriku. Lewat telepon kami membahas kenikmatan yang telah diarungi berdua. Sejak pertemuan terakhir itu hingga kini Tuti dan Aku susah untuk melakukan pertemuan kembali karena aktivitas Tuti khususnya aku sulit mendapatkan waktu luang karena kita berbeda kota.

Walaupun Tuti aku dapatkan tidak perawan lagi dibandingkan istriku tetapi sosok Tuti yang berpengalaman bisa memuaskanku, mungkin dia selalu merawat dan belajar dengan baik hingga tau apa yang diinginkan lelaki. Permainanku dengan istriku masih gaya konvensional dia belum bisa diajak untuk bermain mencari-cari kenikmatan bercinta. Seandainya Tuti satu kota dengan aku mungkin kami akan melakukannya setiap istirahat jam kantor. Namun itu tidak mungkin dan aku hanya bisa merindukan seks seperti sosok permainan Tuti.

Tamat

Kost-Kostan Kota Kembang

Posted: 25 Dec 2007 06:20 AM CST

Namaku Yuke, mahasiswa fakultas ekonomi PTN terkenal di bandung. Aku diwarisi oleh orang tuaku kost-kostan yang berjumlah 12 kamar untuk membiayai kuliah dan biaya hidup untuk sehari-hari, semacam modal untuk belajar hidup mandiri.

Kostan ku cukup lengkap fasilitasnya, mempunyai ruang tamu sendiri, dapur sendiri dan kamar mandi sendiri, hingga tak heran klo harganya pun rada diatas rata-rata 1,5 jt perbulan, yang mengisi kamar kostan ku kebanyakan anak-anak pejabat dan pengusaha dan dikhususkan untuk wanita, karena yang ngisi cewe semua, kostan ku terkenal dikalangan mahasiswa-mahasiswa cowo yang kuliah dibandung selain letaknya strategis yang adanya di jalan Dago dan cewe-cewenya cantik-cantik.

Di suatu sore datang seorang wanita yang bertubuh tinggi, kulit coklat khas orang Indonesia, buah dada terlihat tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, berparas manis mirip artis Happy Salma. Wanita tersebut memperkenalkan diri dengan nama DIANA, dia hendak menyewa salah satu kamarku yang kebetulan memang ada yang kosong.

Kuajak Diana melihat salah satu kamar yang memang kebetulan baru kosong, Diana melihat keadaan kamar dengan seksama dimulai dari ruang tamu yang memang sudah disediakan sebuah sofa, dilanjutkan kedapur dan terakhir kita berhenti dibagian kamar tidur yang cukup luas dilengkapi sebuah kamar mandi.

Ekspresi Diana cukup puas dengan keadaan yang bersih dan nyaman. Aku memulai negoisasi harga kamar.
"Bagaimana sesuai dengan harapan ?" tanyaku.
"Wow gede banget ya ini kamar, berapa sebulan mas?" tanya Diana.
Aku langsung menjawab pertanyaan yang aku tunggu dari tadi,
"1,5jt per bulan." jawabku.
Diana kaget mendengar harga yang aku tawarkan.
"Hah..., mahal banget, emang ga bisa kurang? Aku dach cocok nich ama kamarnya gimana bisa kurang ya?" diana sedikit memohon, karena kelihatanya dia sangat ingin tingggal disana.

aku sangat tegas dalam memberikan harga, karena klo ga kaya gitu aku ga bisa makan.
"Aduh maaf ga bisa kurang!"
"Aku mau ngomong ama yg punya, mungkin aja bisa nawar?"
Aku senyum mendengar perkataaan Diana. Dia ga tau ni rumah gue yang punya, disangkanya aku hanya pembantu yang ngurus kostan ini.
"Aku yang punya." jawabku dengan dingin
"Maaf kirain anak yang punya, abis imut sich."
Diana sedikit malu...
Aku menawarkan penawaran yang ga pernah terlintas mungkin sama pemilik kost-kostan dimanapun.
"Gimana klo gini aja di, aku kasih kamu gratis untuk tinggal disini selama satu bulan asal... kamu mau tidur sama aku (ML)!"
FUCK...
Aku spontan mengeluarkan penawaran tersebut, karena sejak pertama Diana dateng aku sudah tergoda dengan badannya yang langsing, gerak geriknya yang sensual gaya bicaranya yang manja, yang paling utama sich aku lagi pengen ML, hehe...

Diana terlihat kaget mendengar ajakanku. Dia menatapku penuh dengan tanda tanya serius atau tidak ajakanku tersebut, tapi akhirnya dia menjawab
"Okeh, why not...." diana menjawab dengan ringannya.
Giliran aku yang kaget, mendengar jawaban dari Diana, dadaku sesak karena khayalanku yang sejak tadi penasaran akan bentuk tubuh Diana yang langsing tanpa busana sama sekali, bentuk payu dara yang menggelayut, kehalusan kulitnya yang berwarna coklat eksotis, kaki yang panjang dan jejang sebentar lagi terwujud. Jantungku berdegup keras, dan adik kecilku senat-senut minta dibelai Diana...

Setelah Diana menjawab dengan entengnya, aku menghampirinya, tanpa basa-basi langsung aku cium bibirnya yang tipis terbalut lipglos menambah kesexsian dalam berbicara. Diana menyambut ciumanku tanpa ada kekakuan layaknya pasangan, kami berciuman saling merangsang, sesekali aku mendengar desahan halus Diana saat aku meremas payudaranya yang kencang.
"Eehhh.....", erang Diana kalo aku meremas lembut susunya.

Aku lucuti satu persatu baju yang menempel di tubuh Diana, demikian sebaliknya sampai kita berdua hanya memakai celana dalam saja. Sesuai dugaanku, payudara diana mengelayut indah ditubuhnya, tidak besar dan tidak kecil bentuknya sehingga apabila dilihat secara telanjang pas dan membuat adik kecilku (JAKAR) cenat cenut pengen dilepas.

Aku mulai menjilati payudara Diana sesekali aku sedot dengan perlahan, hasilnya eranga Diana yang membuat semangat untuk terus memainkan lidah ini diatas payudaranya yang kencang. Setelah aku bosan menjilati susu Diana, aku mulai menciumi perut Diana terus dan terus hingga berhenti di selangkangan yang masih tertutup celana dalam seksi.
Hheeemm... baunya khas, aku pelorotkan celana Diana yang sudah agak lembab entah kenapa aku terdiam melihat memeknya Diana yang tidak tertutupi bulu satupun, dia memotong habis bulu memeknya hingga membuat indah bentuknya.

Diana tersenyum keenakan melihat aku yang kebingungan melihat memeknya yang botak.
"Jilatin dong...", pinta Diana dengan mesra, aku menuruti permintaaanya. Aku jilati dari bawah keatas selangkangan yang berwarna merah jambu itu terus dan terus, disela sela itu aku melihat ekspresi Diana yang sedang aku jilati memeknya, dia merem melek sambil menggigit bibir bawahnya dan kedua tangannya meremas sprei kasur seperti orang yang sedang menahan sesuatu.

Erangannya semakin memburu seiring jilatan ku yang makin cepat...
"Eeeh... eeehh... eehhhh... eeehhh...", Diana mengerang keenakan, disatu titik dia melepaskan nafasnya dalam dalam, tak lama kemudian keluar cairan putih dari lubang vaginanya yang berbau khas membuat aku semakin nafsu. Diana menarikku keatas kasur dan mulai menjilati kepala kontolku yang rasanya seperti kesemutan,iiiih... enak.....

Sesekali dia menyedot semua batang kontolku kedalam mulunya, wow....Diana melakukannya berulang dan berulang membuatku merasakan enaknya engga ketulungan. Permainan oral sex Diana seperti pemain bokep yang sering aku tonton sangat profesional.

Setelah Diana puas memainkan kontolku yang ukuranya standart orang Indonesia, aku bangun dan mulai mempersiapkan tinggal landas dari kontolku yang dari tadi ingin merasakan kehangatan memek Diana yang tidak tertutupi satu bulupun. Aku mengelus elus kakinya yang panjang sambil mengegesekan kontolku dimulut vagina diana. Tak lama kemudian tangan halus Diana menggiring kontolku keliang vaginanya.

Kepala kontolku terasa hangat menyentuh bibir memek Diana, mulanya terasa keset dan susah dimasukan, akibat keuletan kita berdua sedikit sedikit aku gerakan pinggangku sambil diarahkan oleh Diana sehingga kepala kontolku sudah masuk seluruhnya.
"Eeeehh...", Diana mengerang enak merasakan kepala kontolku mulai keluar masuk di liang memeknya, aku mengerakan pinggangku kebelakang dan kedepan berulang ulang disatu titik ketidak sabaranku muncul ingin memasukan semua batang kontolku keliang memek Diana yang masih sempit dan keset.

Aku berhitung dalam hati.. 1.. 2... 3...
Kumasukan semua batang kontolku tanpa sepengetahuan Diana. Diana mengerang keras keenakan...
"eeeehhh...., shhhh.... aahhhh....", terasa cairan menyelimuti kepala kontolku hingga kebatangnya, hangat dan sedikit loncer tapi tetep masih sempit tak lama kemudian aku mulai merasakan gesekan memek dan kontolku mulai membuat ku merinding dan tak lama kemudian aku mencapai klimak...
"Ahhhhuuuuh...", permainan yang cantik kami mencapai klimak tidak berjauhan.
"Uuhuh.." kita saling menatap dan saling berpelukan hingga tertidur pulas.

Itulah pengalamanku dalam rumah kostku tercinta. Kulakukan kebeberapa penguni kosan yang tidak bisa bayar atau nunggak.

Hheheeh.... mungkin pengalamanku ini bisa dilakukan oleh bapak-bapak atau temen temen yang juga berbisnis menyewakan rumah... Yakin manjur...!!!

Tamat

Merengkuh Kenikmatan Ausie Girls

Posted: 25 Dec 2007 06:19 AM CST

Matahari sudah mulai redup menandakan senja akan datang, dalam keadaan lelah tetap kulangkahkan kakiku ke super market "Bilo" supermarket terlengkap di Newcastle. Aku saat ini sedang mengikuti trainnig, dan rutin tiap selesai trainning aku mampir "Bilo" disamping membeli untuk keperluan makan malam, juga untuk refreshing.

Sambil menunggu Bis kota, aku duduk di selter seraya menyanyi untuk melepaskan lelah. Tak jauh dariku ada dua cewek Ausie sedang bersenda gurau. Iseng-iseng aku nimbrung.
"Goodday" aku Kulu kataku memperkenalkan diri
"Goodday" jawab mereka menyambut hangat. Kebiasaan orang Ausie ramah dan hangat menyambut tamu asing,apalagi tahu kalau aku pelajar.
"Joddie walker dan Pauline maulszic" nama masing-masing cewek tersebut, mereka pulang sekolah dan sedang menunggu bus kota, saat ini mereka masih kelas dua SMA
.
Kami ngobrol apa saja, sampai tentang pelajaran sekolah. Joddie dengan centil menanyakan tentang PR nya yang tidak bisa dikerjakan. Setelah aku baca, wah gambang nih pikirku, maka segera aku terangkan tuh pada kedua cewek, mereka ngerti. Bus kota datang, kami pun berpisah menuju kerumah masing-masing.

Beberapa hari kemudian aku ketemu dengan Joddie walker lagi diselter
"Bilo", kali ini sendirian.
"Hai, kul", dia menyebut namaku begitu dengan lidah pelat.
"Hai" balas ku juga.
Joddie sengaja menungguku untuk menawari ku jadi guru privatnya, ternyata setelah kejadian beberapa hari yang lalu Joddie cerita pada bapaknya tentang diriku. Aku setuju danbersama Joddie untuk menemui bapaknya.

Rumah Joddie tidak terlalu jauh, dalam waktu kurang lebih 15 menit sudah sampai. Rumah Joddie besar dan indah, aku dan Joddie segera masuk kedalam, aku disambut dengan hangat dan berkenalan dengan kedua orang tua Joddie. Kami segera akrab dan ngobrol sepertinya udah kenal lama. Ayah dan mami Joddie sibuk karena punya outlet persewaan DVD sehingga tidak dapat menemani Joddie belajar. Aku ditawari jadi guru privat Joddie sekalian menemani Joddie belajar tiga kali seminggu dengan imbalan 1000 $, wah lumayan nih untuk tambahan uang jajan.

Sejak kudampingi belajar, prestasi Joddie meningkat tajam, Joddie menjadi lebih bersemangat dalam belajar, yang berarti tidak sia-sia aku jadi guru privatnya. Aku memang ketat mengatur waktu mengajarnya. Walau masih berumur 15 tahun, Joddie sudah kelihatan cantik bertubuh seksi, yang kadang membuat tubuhku greng juga.

"Kul, mau minum apa" tanya Joddie saat les privat sudah selesai.
"Teh hangat aja" jawabku sambil duduk dan mengambil salah satu DVD langsung aku putar tanpa melihat judulnya.Aku kaget, Joddie juga kaget melihat adegan dilayar TV, rupanya DVD- BF. Aku segera berdiri dan mau mematikan, tapi dicegah Joddie."biar aja Kul, anggap aja ini pelajaran tambahan" kata Joddie sambil ketawa. Kami nikmati adegan sampai akhir dengan deg degan dan panas dingin. Suasana senyap, entah apa yang ada dipikiran masing-masing, yang jelas kepalaku mau pecah dipenuhi hasrat membara.

"Pelajaran tadi sangat hebat ya" kataku memecahkan keheningan. Joddie diam hanya tampak memerah mukanya menahan malu.
"Kalau dipraktekkan tambah hebat lagi" godaku, membuat muka Joddie tambah merah. "Boleh, kamu mau Kul" jawab Joddie malu-malu yang duduk disebelahku.

Mendengar jawaban itu, aku langsung memeluk tubuh Joddie yang terasa bergetar, kemudian kulumat bibirnya yang ranum menantang penuh gairah. Joddie membalas lumatanku penuh gairah pula, rupanya Jodie juga menahan hasrat membaranya. Lumatan demi lumatan terus berlangsung dengan seru, tanganku kini merayap dengan gesit kebalik baju Joddie, menarik BHnya keatas dan langsung mengusap-usap dengan lembut puting payudaranya. Joddie menggelinjang-gelinjang.

Satu persatu kancing baju Joddie kulucuti, baju terlepas nongollah payudara begitu indah dengan berpuncak puting kemerahan menantang, nafsuku semakin membara melihatnya, maka segera kuterkam payudara itu kulumat-lumat dan kusedot-sedot bergantian kanan dan kiri. Kini Joddi semakin menggelinjang dan mendesah-desah.

Tanganku kini turun lagi menyelinap kebalik CD Joddie, kuusap-usap gundukan berbulu yang ada disela-sela paha Joddie dengan lembut, rupanya gundukan berbulu itu sudah basah. Tangan Joddie kini menikuti gerakanku, dimasukkannya tangannya kebalik CDku, diraihnya kontolku yang sudah tegang kemudian diremas-remasnya dengan gemas, yang membuat kenikmatan luar biasa dan semakin meningkatkan nafsu birahiku. Adegan demikian ini terus berlangsung dengan serunya, suasana senyap hanya terdengar deru nafas kami berdua penuh kenikmatan.

Ketika CD Joddie akan kulucuti," Ah...., Kul jangan" pinta Joddie disela-sela deru nafasnya. Aku turuti permintaannya, tapi tanganku yang ada didalam CD Joddie semakin buas merabai memek Joddie, sesekali memutar-mutar itilnya dengan lembut, membuat Joddie berdesah-desah "ah...ah..."

Tiba-tiba terdengar mobil berhenti, kami terkejut, langsung menghentikan aktivitas, Joddie lari kekamar mandi, sedang aku segera membereska celanaku yang sudah hampir lepas dari tubuhku.

"Selamat malam" sapaku dengan kikuk saat ayah muncul dari pintu depan.
"selamat malam, sudah selesai belajarnya?" balas ayah Joddie.
Aku mengangguk, ayah Joddie duduk didepanku, seterusnya kamipun berbincang-bincang penuh keakraban, tak lama kemudian aku pamitan pulang. Sejak kejadian tersebut, kegiatan gosok mengosok memek dan kontol menjadi pelajaran tambahan setelah memberi pelajaran privat.

Tanpa terasa masa trainning selesai, aku harus segera kembali ke Indonesia. Sore hari aku ke Rumah Joddie untuk berpamitan. Suasana lenggang, hanya joddie yang dirumah, seperti biasa ayah dan ibu Joddie ke rentalnya dan pulangmalam hari.
"Goodday, maaf tanpa tilpon aku kesini" sapaku saat Joddie muncul membuka pintu.
" Goodday, enggak apa, aku lagi santai kok" balas Joddie. Kulihat Joddi sore ini memang sedang santai, memakai celana pendek dan kaos singlet bertuliskan Billabong. Dengan berpakaian sederhana begini Joddie justru lebih lebih cantik dan alami.

Kamipun ngobrol akrab sekali, dan aku berpamitan karena besok mau kembali ke Indonesia.
"Kok cepat kembali ke Indonesia, siapa yang menemani aku belajar kul" tanya Joddie dengan penuh kesedihan. Segera kupeluk tubuh Joddie, kuhibur agar tak sedih. Joddie memelukku erat-erat. Ku pagut bibirnya penuh kemesaraan, sambil mengusap airmatanya.Joddie membalas pagutanku erat-erat, lumatan kami semakin memanas, lidah kami saling putar memutar, saling sedot menyedot, ah...begitu nikmat.

Tak terasa tubuh kami bugil, pakaian bertebaran kemana-mana. Mulutku yang semula memilin-milin puting payudara Joddie kini turun perlahan-lahan ke perut, kemudian turun lagi menelusuri paha sambil menjilat dan menggigit kecil membuat tubuh Joddi menggelinjang-gelinjang. Bibirku terus merayap, kini berhenti di memek Joddie yang sudah basah, kusibakkan jembutnya dengan lidahku, kujilat-jilat itil yang menyembul dibalik kedua bibir memek Joddie. jilatanku pelan-pelan, memutar-mutar membuat Joddie mendesah-desah " ah... aha... uh... Kul" desah Joddie sambil mengerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidahku.

Jodie memutar badannya, diraihnya kontolku, lalu dikulumnya dengan buas, dijilat-jilat penuh nafsu, membuatku menggelinjang-gelinjang merasakan kenikmatan. Awalnya Joddie enggan dan muntah waktu ngemut kontolku, karena ada les tambahan membuat Joddie kini lihai memainkan kontolku juga memainkan nafsuku.

Lidahku kini semakin liar memainkan itil Joddie, dan dengan gerakan buas kusedot-sedot dan kujelajahi seluruh memek Joddie, Joddie menggelinjang mendesah-desah sambil terus menjilati kontolku, ah.....eenaaaak sekali.

Setelah puas, kami kembali ke posisi semula, kembali kuterjang bibir Joddie penuh kebuasan yang disambut pula oleh Joddie dengan buas. Nafsuku betul-betul sudah sampai puncak, kontolku sudah menegang tak sabar mau nembak memek Joddie yang basah tapi membara. Ketika kontolku sudah sampai mulut memek Joddie " ah..Kul, jangan" pinta Juddie.
" Kenapa apa" tanyaku penasaran dan penuh nafsu.
"aku takut karena belum pernah melakukan begini" jawab Joddie.
Kuturti permintaannya. Maka kontolku tak jadi kumasukkan hanya kujepitkan disela-sela bibir memek Joddie, terus kugeser-geserkan penuh nafsu. Rupanya geseran kontolku menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi Joddie yang membuatnya penasaran. Kini kontolku dipegangnya dan dimasukkan pelan-pelan ke dalam memeknya, kubiarkan saja.

Kontolku yang cukup besar susah masuk ke rongga memeknya, sehingga Joddie hanya memasukkan kontolku sebagian saja, lalu diputar-putarnya mengelilingi mulut memeknya, membuat tubuhnya kadang bergidik kadang menggelinjang. Aku geli melihat kelakuan Joddie, kubiarkan saja Joddie memainkan kontolku sesukanya, sedangkan aku memain-mainkan puting payudaranya dengan lidahku.

Entah berapa lama permainan lucu ini berlangsung, kini kurasakan semua kontolku sudah masuk seluruhnya kedalam rongga memek, Joddie nampak lega. Kini kutarik kontolku pelan-pelan kemudian kumasukkan lagi pelan-pelan berulang kali, terasa memang memek Joddie masih sempit. Kini Joddie tampaknya sudah tidak merasakan sakit dan takut lagi, bahkan sudah dapat menikmati sodokkan kontolku. Dengan gerakan memutar kutarik pelan-pelan kontolku, kemudian kumasukkan lagi kontolku, kemudian kubuat gerakan seakan-akan mematuk-matuk memek Joddie, " sakit enggak" tanyaku lirih sambil kontolku terus mematuk-matuk memek Joddie. " ehh eng... gak.. ehh.. uh... uh.." jawab Joddie disela desahnya.

Bosan dengan gerakan ini, Joddi kuangkankat keatas tubuhku. Dibukanya pahanya, tampak memek Joddie merah membara dan sedikit berdarah. Mula-mula Joddie canggung pada posisi ini, kadang mau jatuh kekanan atau kekiri. Maka kubantu Joddie agar bisa tetap tegak, sedang kedua tangan Joddie mencengkeram kontolku yang kemudian dimasukkan ke memeknya pelan-pelan dengan penuh keraguan. Ujung kontolku diputar-putarnya mengitari itilnya, tampak Joddie menggelinjang.

Kemudian kontolku dimasukkan lebih dalam, walau terasa susah akhirnya masuk juga seluruh kontolku dalam memek Joddie. Pelan-pelan Joddie menggerakkan pinggulnya naik turun, menyebabkan kontolku keluar masuk memek Joddie. Kini Joddie yang mengedalikan gerakan kontolku dalam memeknya, karena dia dapat bergerak leluasa.

Gerakan pinggul Joddie semakin cepat, rasa sakit tampaknya sudah hilang, kini dengan penuh gairah digoyangnya pinggulnya dan sesekali di tutupnya kedua belah pahanya yang menyebabkan cengkeraman memek ke kontolku terasa dahsyat, menimbulkan kenikmatan luar biasa, sampai-sampai kini aku yang mendesah kenikmatan " uh.. ah.. enak sekali memekmu" desahku. Kulihat Joddie tersenyum penuh kemenangan, Joddie semakin semangat menggooyangkan pinggulnya kedepan-kebelakang, kesamping kanan-kesamping kiri kemudian keatas-kebawah demikian terus dan terus......... menyebabkan kontolku terasa dipijat-pijat kenikmatan, kini Joddie pun ikut berdesah-desah kenikmatan ber-iringan dengan desahku." ah... uh... ah... uh... nikmat sekali"

Tiba-tiba tubuh Joddie mengejang "ah...uh...Kul aku enggak tahan lagi" desah Joddie panjang, " aku juga..." jawabku. Tubuh kami berdua sama-sama mengejang...., memek Joddie mencengkeram kontolku erat-erat... dan ah.. ah.. ah... niiiikmaaaat... ah.. niiiiikmaaaaat, croooot..croot spermaku terpancar ke rongga memek Joddie. Kubiarkan kontolku tetap dicengkeram oleh memek Joddie tidak mau melepaskan......, kamipun tertidur dengan berpelukan berselimutkan kenikmatan..........

Tamat

Di Rumah Tanteku

Posted: 25 Dec 2007 06:18 AM CST

Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun. Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.

Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

"Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar," pikirku.

TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba...

"Anton.. apa yang kamu lakukan!!" teriak sebuah suara yang aku kenal.

"Ooooohh... Tante...?!" aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.

"Eeeehhhh... ppppffffff...!!! badan tante Ida seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia
sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai
memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas....

"Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu...!!! Cepat lepas... nanti kulaporkan kau ke om mu..." teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi...

"Tooonnnn... aaammmpuunn... Toonnnnn... iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!"

Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.

"Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh
hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!" akibat perlakuanku itu,
kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin
memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan
kuat dan……..

"Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa
angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn…
oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!"
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan
tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.

Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.

Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

"Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????"

"Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk
tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri
sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!" sahutku mencari-cari
alasan sekenanya.

Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih
menggenggam penisku katanya lagi..

"Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai
segede ini..!!"

"Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!" memang penis ku panjangnya 20
cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi
sangat bernafsu begini.

Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai
memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan
tante Ida tak mau lepas dari situ.

"Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar
enaaakkk….!!!!"

"Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!", perlahan-lahan kedua
tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan
sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua
tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai
menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku
menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang
kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang
terlewat dari sapuan lidahnya.

Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.
Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan
dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi
sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida
mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin
mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.
Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.

"Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo
keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!"

Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu
menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya
semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar
tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.
Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya
hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur,
sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti
rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas
tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam
keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan
yang sayu dan terlihat pasrah.

Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan
aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar
kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.

Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,
sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina
tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan
ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan
diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala
penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.

Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang
kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,
kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…

"Oooooohhhhhh... Toooonnnn... bee.. beeeesaaarrrr
aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan... pee laaan... Tooooonnnnn... ooooohhhhh..!!!!!" tante Ida merintih perlahan.

Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam... terus... terus.... ooohhhhhh... eeeenna aaak... benaaarrrr... terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku.

Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..

"Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!"

Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku
terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus……
terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok,
karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba
menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya
memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun
yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan
sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida
terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam
dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida
bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku
dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.

Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot
penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.

"Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..
hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…
keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!."

Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.

Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.

Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang
ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan
ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot
penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang
berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya
selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan
tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.
"Aaaaaauuddddduuhhhh... taaannnnnn... teeeee... oooooohhhhh…..!!!!" keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan
…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat,
mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian
badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara
kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan
sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja
berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

"Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!" kataku dengan manja.

"Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!"

"Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????"

"Iya.. siiihhh….!!!!!" kata tante Ida malu-malu.

Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.

Ibu Mertuaku

Posted: 24 Dec 2007 07:43 PM CST

Saya bernama Bambang, usia pada tahun 2000 ini 37 tahun, pekerjaan wiraswasta. Menikah dengan Linda pada tahun 1993, saat ia berusia 29 tahun. Kami telah dikarunia dua orang anak yang lucu-lucu. Pada kesempatan ini, saya akan menceritakan pengalaman saya dengan ibu mertua saya. Saya memiliki minat seksual khusus terhadap wanita yang lebih tua. Bahkan minat khusus tersebut telah ada sejak saya remaja. Saat remaja, saya ingat bahwa ketika saya bermasturbasi, saya lebih suka membayangkan tante-tante tetangga rumah, teman-teman ibu saya, ibu guru, maupun wanita-wanita lain yang masih terbilang ada hubungan keluarga.

Boleh dikata, saya sangat jarang menjadikan cewek-cewek sebaya saya sebagai obyek fantasi ketika bermasturbasi. Minat tersebut rupanya terus bertahan sampai saat ini, walaupun saya sudah berkeluarga. Salah satu wanita yang saya minati dan sering menjadi obyek fantasi seksual saya sampai saat ini adalah ibu mertua saya sendiri yang bernama Nani. Saat ini beliau berusia 57 tahun. Ibu mertua saya ini sudah menjanda sejak tahun 1984, karena bapak mertua saya meninggal karena kecelakaan waktu itu. Rasa tertarik terhadap ibu mertua saya ini sudah timbul pada saat saya pertama kali diperkenalkan oleh pacar (isteri) saya padanya di tahun 1990. Sejak saat itu, saya sering menjadikan beliau menjadi obyek fantasi saat saya bermasturbasi. Begitu besarnya rasa tertarik saya pada beliau, sehingga pernah terlintas pikiran untuk kawin dengan beliau entah bagaimana caranya. Tetapi pikiran tersebut tidak saya kembangkan lebih lanjut karena saat itu beliau sudah menopause, sedangkan saya masih memiliki keinginan untuk memiliki anak. Lagipula, pasti akan banyak masalah dan hambatan untuk mewujudkan pikiran tersebut.

Karena itulah akhirnya, saya tetap melanjutkan hubungan saya dengan Linda, sehingga akhirnya kami menikah pada tahun 1993. Saat baru menikah, kami tinggal bersama ibu mertua saya ini. Karena 3 orang kakak isteri saya yang telah menikah telah memiliki rumah sendiri-sendiri, sedangkan 2 orang adik isteri saya sedang kuliah di Bandung dan Yogyakarta. Kami tinggal di rumah ibu mertua saya tersebut, selain untuk menemani beliau, juga karena kondisi keuangan kami saat itu belum memadai untuk memiliki rumah sendiri. Selama kurang lebih satu tahun tiga bulan tinggal bersama mertua inilah, ada sejumlah pengalaman baru, yang makin menunjang saya untuk menjadikan beliau menjadi obyek fantasi favorit saya. Pengalaman baru yang maksud misalnya adalah saya sering mendapat kesempatan melihat paha mertua saya, entah ketika nonton TV, atau sedang bersih-bersih rumah, dan sebagainya.

Cukup sering juga saya memergoki beliau keluar dari kamar mandi dengan hanya berlilitkan handuk di tubuhnya. Bahkan pernah sekali waktu saya beruntung dapat melihat payudara ibu mertua saya tersebut dalam keadaan telanjang ketika ia membuka lilitan handuknya hendak berganti baju. Sayangnya beliau masih memakai celana dalam. Pernah juga saya melihat puting payudaranya menyembul keluar daster secara tidak sengaja ketika beliau nonton TV sambil tidur-tiduran di sofa. Pengalaman-pengalaman baru seperti itulah yang semakin memperkuat minat seksualku pada beliau. Terkecuali, pada saat-saat kesadaran moral dan religius saya sedang baik, saya sering memiliki keinginan untuk dapat menyetubuhi ibu mertua saya tersebut. Namun, saya tidak tahu caranya. Yang dapat saya lakukan saat itu hanyalah berfantasi saja.

Bahkan cukup sering, ketika saya bersetubuh dengan isteri saya, yang ada dalam kepala saya adalah bersetubuh dengan ibu mertua saya tersebut. Selain berfantasi, paling jauh saya hanya memiliki kesempatan untuk cium pipi dan memeluk ibu mertua saya tersebut pada tiga kesempatan. Yaitu pada saat hari ulang tahun beliau, ulang tahun saya dan ulang tahun perkawinan saya dengan Linda. Pada kesempatan di hari ulang tahun saya, ketika menerima cium dan peluk dari ibu mertua, untuk pertama kalinya saya merasakan himpitan payudara beliau di dada saya. Pengalaman ini sangat berkesan pada diri saya. Saya ingat bahwa pada malam itu, saya sangat bernafsu dan menggebu-gebu memesrai isteri saya. Saat itu, saya sanggup sampai empat kali mengalami ejakulasi ketika kami bersetubuh. Padahal, biasanya paling banyak saya hanya tahan dua kali saja. Yang pasti, ketika memesrai isteri saya, yang terbayang saat itu adalah ibunya. Pengalaman lebih jauh yang saya alami dengan ibu mertua saya tersebut terjadi ketika saya dan isteri saya menemani beliau ke Semarang untuk menghadiri pernikahan salah satu keluarga dekat dari almarhum bapak mertua saya. Ketika itu kami menginap di rumah keluarga calon pengantin. Karena terbatasnya tempat, kami hanya mendapat satu kamar dengan satu tempat tidur ukuran besar. Terpaksa, malam itu kami tidur bertiga di tempat tidur itu. Posisinya adalah, saya di sisi kiri, isteri saya di tengah dan ibu mertua saya di sisi kanan. Lampu kamar dimatikan ketika kami berangkat tidur. Ketika terbangun pagi harinya, saya kemudian sadar bahwa isteri saya sudah tidak ada di tempatnya. Sambil berbaring saya berusaha mencari isteri saya di kamar, tetapi saya tidak dapat menemukannya. Secara samar-samar saya hanya melihat tubuh ibu mertua tidur memunggungi saya.

Saya langsung menduga bahwa isteri saya pasti ke kamar mandi sebagaimana kebiasaannya. Isteri saya terbiasa secara teratur bangun jam 04.30 dan kemudian ke kamar mandi untuk buang air besar dan mandi. Saat itu timbul pikiran kotor dan nakal dalam otak saya. Apalagi pada pagi hari biasanya si "Adik Kecilku" berdiri tegak dan kencang. Pikiran saya saat itu tidak jauh dari situ. Dengan bergaya masih dalam keadaan tidur, saya bergeser mendekat ke arah tubuh mertua saya. Setelah cukup dekat (bahkan hampir rapat tapi belum bersentuhan), dengan gaya tidak sengaja saya menggeser tangan kiri saya ke atas pinggul mertua saya. Tidak ada reaksi apa-apa dari mertua saya. Dengan lembut dan perlahan kemudian saya mulai menggerakkan telapak tangan saya di pinggul mertua saya. Juga tidak ada reaksi atau perubahan apa-apa. Saya kemudian memberanikan diri untuk mengelus-elus pantat mertua saya. Empuk dan halus rasanya. Saya juga dapat merasakan tekstur dari bagian pinggir celana dalamnya. Yang terpikir dalam otak saya saat itu, akhirnya ada juga yang jadi kenyataan khayalanku. Sementara itu, si "Adik kecilku" semakin tegak dan keras saja, dan kemudian secara refleks tangan kanan saya mulai meraba-raba si "Adik Kecilku". Ingin rasanya saya mengarahkan tangan kiri saya ke arah kemaluan ibu mertua saya. Namun, saat itu saya takut ibu mertua jadi terbangun. Karena itu, dengan susah payah saya berusaha menahan keinginan tersebut. Kemudian, masih dalam gaya pura-pura masih tidur saya merapat dan memeluk ibu mertua dari belakang. Posisi ibu mertua saya kemudian agak berubah dari memunggungi saya menjadi lebih telentang, walaupun wajahnya masih ke arah yang berlawanan dengan posisi di mana saya berada. Ibu mertua saya saat itu terlihat masih dalam keadaan tidur yang cukup nyenyak.

Boleh jadi karena perjalanan dengan kereta api sore-malam itu cukup melelahkannya. Kemudian saya menggeser tangan kiri saya ke arah payudara kiri ibu mertua saya. Merasa tidak ada reaksi apa-apa kemudian saya memberanikan diri untuk menggerak-gerakkan tangan kiri saya. Dengan berhati-hati sekali saya mengusap-usap payudara beliau. Saya kemudian sadar bahwa beliau tidak memakai BH ketika saya merasakan bahwa puting payudara beliau semakin menonjol dan sangat terasa di telapak tangan saya. Lebih jauh lagi, kemudian secara lembut saya sesekali meremas payudara beliau secara perlahan sekali. Nafsu saya semakin meninggi, dan rasanya debaran jantung saya saat itu sangat cepat dan agak keras. Saya terkejut dan takut sekali ketika tiba-tiba tubuh beliau bergerak dan menjadi lebih menghadap tubuhku.

Mati aku, pikirku saat itu. Tapi kemudian saya sadar bahwa beliau masih tetap tidur, karena nafasnya masih teratur. Hanya ketika membalikkan badannya saja tampaknya beliau agak menghela nafas. Dengan posisi yang berhadapan, saya dapat melihat dengan cukup jelas, walaupun agak samar-samar juga karena gelap, mulut ibu mertua saya agak sedikit terbuka. Melihat pemandangan yang demikian, apalagi memang bibirnya itu sering saya khayalkan untuk saya kecup, kemudian dengan tekanan ringan saya menempelkan bibir saya ke bibir beliau. Tapi kemudian saya tidak tahan lagi, dan secara refleks kemudian bibir saya mulai mengulum bibir beliau, seraya tubuh saya bergerak menindih tubuhnya dan menekan kemaluan saya ke pahanya. Kejadian yang terjadi dalam waktu yang singkat tersebut akhirnya menyebabkan ibu mertua saya terbangun. Dimulai dengan suatu lenguhan pendek, "Nngggghh...", kemudian beliau terjaga dan kemudian mengatakan, "Heh! apa-apaan ini?". Saya kaget setengah mati waktu itu, dan kemudian menggeser tubuh saya ke samping tubuh ibu mertua saya. Ibu mertua saya kemudian mengangkat punggungnya dan duduk di tempat tidur. Setelah beberapa saat kemudian dia berkata. "Apa yang kamu lakukan pada Ibu Bang? Koq kamu sudah mulai berani kurang ajar?". Setelah terdiam beberapa saat, kemudian sayapun bangkit duduk dan mengatakan. "Maaf Bu, saya kira tadi ibu itu Linda". "Lho, Lindanya mana?", tanya ibu mertuaku. "Tidak tahu Bu", jawabku. Kemudian ibu mertua saya turun dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamar. Saya hanya dapat duduk diam sambil menutup kedua muka saya dengan tangan saya. Ibu mertua saya kemudian berkata. "Jangan sampai terjadi lagi ya Bang kejadian seperti tadi. Ibu tidak suka. Itu tidak baik dan dosa". "Maaf Bu, saya sungguh-sungguh minta maaf, karena saya tadi tidak sadar. Habis, biasanya kalau pagi kami biasanya melakukan hubungan suami-isteri sih Bu", jawabku dengan refleks sambil bangun dari tempat tidur untuk sungkem kepada ibu mertua saya itu. "Mau ngapain kamu?", sergah ibu mertuaku. "Mau sungkem Bu", jawabku. "Tidak perlu, yang penting jangan sampai terjadi lagi", kata ibu mertuaku sambil membalikkan tubuh dan berjalan menuju pintu. Akhirnya aku duduk terpekur sendiri di tempat tidur. Sambil membaringkan kembali tubuhku, terbayang lagi kejadian-kejadian yang baru terjadi itu. Seingat saya, ada tiga hal yang paling berkesan untuk saya saat itu. Pertama, makin menonjolnya puting payudara ibu mertuaku ketika tanganku mengusap-usapnya. Kedua, persentuhan lidah kami ketika aku mengulum bibirnya yang menyebabkan beliau terbangun. Ketiga, lirikan sepintas ibu mertuaku ke arah selangkanganku ketika beliau berbalik hendak keluar kamar.

Yang pasti, semua yang baru saja terjadi saat itu merupakan perwujudan dari sebagian khayalanku terhadap ibu mertuaku. Selain itu, dorongan nafsu yang belum tersalurkan saat itu rasanya agak menyiksa diriku. Tidak berapa lama kemudian isteriku masuk ke kamar. Terlihat rambutnya agak basah, tampaknya ia baru keramas. "Ibu mana?", tanya isteriku. "Keluar" jawabku secara singkat seraya bangkit dari tempat tidur menuju ke arah pintu. Kemudian aku mengunci pintu dan berjalan ke arah isteriku yang sedang berdiri di depan meja rias. "Mau ngapain sih Mas pakai dikunci segala", tanya isteriku. "Biasa, kayak kamu nggak tahu saja. Aku sedikit horny nih", jawabku sambil memeluk dia dari belakang. "Jangan ah Mas..., nggak enak, ini kan di rumah orang", katanya. Tapi aku terus aja meraba-raba dan menciumi tengkuk dan lehernya dari belakang. "Aku nggak tahan nih..., lagian kan masih pada tidur", kataku. Akhirnya isteriku mulai menyambut serangan-seranganku. Dia tahu persis bahwa aku bisa marah dan uring-uringan seharian kalau lagi ingin banget tapi dia tidak mau. "Tapi yang cepetan saja ya Mas...", katanya. Mendengar jawabannya, saya menjadi semakin aktif. Saya menekan tubuhnya sehingga ia membungkuk dan meletakkan tangannya di atas kursi meja rias yang ada di kamar itu. Kemudian saya singkapkan dasternya ke pinggang dan saya tarik celana dalamnya sampai lepas. Batang kemaluan saya yang memang sudah mulai basah sejak kejadian dengan ibu mertua saya tadi kugesek-gesekkan ke selangkangannya. Setelah cukup licin, akhirnya dalam posisi dia berdiri membungkuk dan saya di belakangnya, kumasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, seperti biasanya. Dengan nafsu yang sudah tertahan-tahan sejak tadi, saya tidak dapat bertahan lama, dan kemudian akhirnya ejakulasi sambil membayangkan bahwa yang saya setubuhi itu adalah ibu mertua saya. Ah seandainya saja benar-benar beliau.... Sepulang dari Semarang, untuk beberapa waktu interaksi antara saya dengan ibu mertua saya agak sedikit kaku. Kadang-kadang saya merasa kikuk kalau harus berinteraksi dengan beliau. Kekakuan itu akhir berkurang dengan berjalannya waktu.

Apalagi kemudian kami dapat mulai mencicil rumah kami sendiri, dan akhirnya pindah dari rumah mertua saya itu ketika salah satu adik isteri saya lulus dan kembali tinggal di Jakarta. Sejak kejadian di Semarang itu saya semakin sering memfantasikan ibu mertua saya maupun memimpikannya ketika tidur. Cukup sering saya merasa khawatir kalau-kalau saya mengigau dan isteri saya mengetahui bahwa saya mendambakan ibunya. Setelah tinggal di rumah sendiri, saya dapat dikatakan hampir tidak pernah lagi mendapat "pemandangan-pemandangan indah" dari tubuh mertua saya itu. Dan cukup sering saya kangen padanya. Setelah berjalan beberapa waktu akhirnya saya mulai mengenal internet dan berlangganan pada salah satu internet provider yang cukup baik. Dari pengalaman menjelajah internet inilah saya mendapatkan beberapa ide sehubungan dengan ketertarikan saya terhadap ibu mertua saya. Salah satu ide yang ingin saya wujudkan saat itu adalah membuat rekaman video dari ibu mertua saya. Untuk itu, terpaksa saya menabung untuk membeli kamera video. Setelah kamera video terbeli, saya menjadi rajin mengabadikan acara-acara keluarga dengan kamera tersebut. Tentunya juga dengan harapan bahwa ada "pemandangan-pemandangan indah" dari tubuh ibu mertua saya yang dapat saya rekam. Tapi harapan tidak dapat terwujud. Malah pemandangan indah yang sempat terekam adalah paha-paha dari kakak ipar saya yang bernama Susi dan adik ipar saya yang bernama Lena. Dengan hasil itu, saya harus puas bermasturbasi hanya dengan memandangi rekaman ibu mertua saya dalam pakaian lengkap. Tapi saya tetap saja dapat terangsang hanya dengan pemandangan yang demikian. Khususnya pada rekaman yang memperlihatkan ibu mertua saya memakai kebaya. Lekuk-lekuk tubuhnya masih dapat terlihat, walaupun ibu mertua itu dapat dikatakan agak kurus. Pinggul besar yang terbungkus kain itulah yang menggemaskan untuk dicubit. Saya mencoba untuk menjajaki kemungkinan untuk merekam di kamar mandi di rumah mertua saya itu, tapi saya tidak dapat menemukan lokasi-posisi yang aman.

Sempat terpikir oleh saya untuk memiliki kamera kecil (Spy Camera) yang sudah mulai banyak ditawarkan di internet saat itu. Namun karena harganya mahal, apalagi dapat dikatakan hanya didistribusikan di Amerika, pikiran itu tidak dikembangkan lebih lanjut. Kesempatan untuk membuat rekaman yang lebih menarik akhirnya datang juga. Dalam rangka pernikahan adik ipar saya, kami (saya dan isteri saya) menginap di rumah mertua saya, karena isteri saya saat itu sedang hamil tua dan agak melelahkan kalau harus pulang pergi Depok-Rawamangun. Ketika menginap itulah timbul ide untuk meletakkan kamera di dalam tasnya sedemikian rupa sehingga lensanya masih tetap dapat merekam gambar di hadapannya. Dalam rencana saya, tas kamera itu akan saya letakkan di kamar ibu mertua saya, yang kebetulan juga dapat dikatakan sudah menjadi kamar umum di rumah itu, siapa saja anak-anaknya yang datang pasti masuk dulu ke kamar tersebut, dan bisanya juga menaruh barang-barang di kamar itu. Setelah mencoba-coba, maka untuk kamuflase saya mempergunakan kain bekas kaos yang berbentuk jaring (jala-jala) yang kebetulan berwarna hitam. Berdasarkan coba-coba itu, saya mendapatkan kesimpulan bahwa kain tersebut tidak akan terekam kalau posisi lensa pada tele (jarak jauh) bukan wide (jarak dekat). Semakin dekat akan semakin jelas terlihat kain tersebut, bahkan dapat dikatakan mendominasi gambar yang terekam.

Semakin tele, maka akan semakin kabur gambar kain tersebut. Hasil pertama dan hasil kedua yang saya dapat sangat mengecewakan saya, karena rekaman yang dapatkan hanyalah gambar jala-jala dari kaos hitam tersebut dan beberapa bayangan yang bergerak-gerak. Setelah pengalaman yang pertama, tadinya saya mengira bahwa yang menjadi penyebab karena saya menyetel lensa pada posisi wide. Namun, karena pada hasil yang kedua, rekaman yang saya dapatkan juga sama, saya menjadi sedikit penasaran. Setelah dipelajari, akhirnya saya mengetahui penyebabnya. Yakni, karena saya mempergunakan sarana autofocus dari kamera tersebut. Akhirnya setelah saya menyetelnya ke posisi manual, hasil yang saya dapatkan cukup memuaskan saya. Pada usaha yang ketiga, akhirnya saya mendapat rekaman yang menggambarkan ibu mertua saya sedang berganti baju. Sayangnya, saya tidak mendapat rekaman yang menunjukkan kemaluannya. Hanya payudaranya saja yang telanjang. Namun setidaknya, hasil ini cukup untuk bahan atau alat bantu kalau saya mengkhayalkannya. Apalagi kalau dibandingkan dengan gambar jala-jala hitam. Rekaman yang saya dapatkan ketika hari H dari perkawinan adik ipar saya sungguh mengejutkan dan sangat menyenangkan saya. Karena setelah saya periksa, banyak sekali terdapat pemandangan sangat indah yang hanya berbaju dalam yang didapatkan. Payudara-payudara indah dan montok walaupun sebagian besar masih memakai BH maupun paha-paha mulus bukan hanya milik ibu mertua saja, tapi juga milik kakak-kakak ipar, beberapa sepupu isteri saya dan juga beberapa orang tantenya, yang mempergunakan kamar tersebut sebagai kamar ganti dan dandan. Yang paling mengejutkan, dalam rekaman tersebut terdapat pemandangan tubuh bulat polos tanpa sehelai benangpun milik Mbak Uci, isteri dari kakak ipar saya.

Walaupun tubuhnya mungil, tapi proporsional dan menawan. Apalagi rambut di selangkangannya terlihat hitam dan lebat sekali. Setelah memiliki rekaman tersebut, obyek fantasi seksual saya pun bertambah. Bukan hanya semata-mata ibu mertua saya, tetapi juga merembet ke yang lain. Tapi, ibu mertua tetap merupakan obyek yang paling favorit. Sebagaimana umumnya laki-laki lain, saat-saat menanti kelahiran anak pertama merupakan saat-saat yang penuh kekhawatiran. Demikian juga pada diri saya. Selain khawatir terhadap keselamatan calon anak, saya saat itu juga khawatir dengan keselamatan isteri saya. Kekhawatiran yang saya ingat adalah bagaimana nasib bayi saya kalau ibunya tidak selamat (meninggal). Di tengah kekhawatiran seperti itupun sempat terpikir oleh saya seandainya isteri saya meninggal, maka saya berniat untuk menjadi ibu mertua saya menjadi isteri saya. Kalau ingat-ingat hal itu, perasaan saya sukar tidak keruan. Tetapi akhirnya, isteri saya dapat melahirkan dengan selamat. Berhubung anak pertama, maka isteri saya pun meminta ibu mertua saya untuk menemaninya dan mengajarinya terlebih dahulu bagaimana merawat bayi. Artinya, isteri saya meminta ibu mertua saya untuk sementara waktu menginap di rumah kami setidaknya selama seminggu pertama sejak kepulangan dari rumah sakit. Selama ibu mertua menginap di rumah kami tersebutlah saya dapat menambah koleksi rekaman video saya. Dan yang terutama adalah rekaman beliau telanjang bulat di kamar mandi. Kamera video itu sendiri sudah saya pasang di kamar mandi satu hari sebelum isteri saya pulang dari rumah sakit. Kamera saya letakkan di balik kaca satu arah (one way mirror). Setelah saya memiliki kamera video (handy cam), saya memang membuat rak khusus di kamar mandi yang tebalnya kira-kira 12 cm. Di mana salah satu bagiannya adalah kaca selain bagian-bagian untuk menyimpan handuk, dan perlengkapan mandi lainnya. Di balik kaca tersebut terdapat ruang kosong untuk menaruh kamera video. Isteri saya tidak mengetahui bahwa kaca yang saya pergunakan adalah kaca one way mirror.

Untuk mengurangi resiko ketahuan, bagian belakang kaca tersebut (dalamnya) saya cat hitam agar selalu lebih gelap dari bagian depan dari kaca. Di depan kaca tersebut (bagian atasnya) saya pasang lampu neon 15 watt untuk lebih mendukung persembunyian kamera video saya sekaligus juga sebagai sumber listrik jika saya menaruh kamera di balik kaca tersebut. Untuk itu saya memasang satu stop kontak di balik kaca tersebut. Karena ketebalannya, di rak itu kamera video hanya dapat diletakkan secara menyamping (lensa tidak langsung berhadapan dengan kaca), sehingga untuk dapat merekam situasi di kamar mandi, maka masih diperlukan satu alat tambahan yang namanya Video Mirror Scope, yang fungsinya adalah merekam gambar ke samping lensa kamera (bukan ke depan kamera). Alat saya dapatkan melalui teman yang pulang dari Amerika ke Indonesia. Kalau tidak salah belinya di ADORAMA di West 18 th Street New York. Harganya sekitar 40 US$. Keberadaan dan fungsi alat itu sendiri saya ketahui dari Majalah Video Maker. Ide untuk membuat rak dan membeli alat tambahan tersebut terutama disebabkan karena saya juga ingin memiliki rekaman video isteri saya ketika dia telanjang bulat. Jangankan telanjang bulat, masih memakai pakaian dalam saja ia marah-marah ketika saya mencoba memvideonya. Selain itu, ketidakmungkinan mewujudkan ide memasang kamera video di kamar mandi di rumah mertua saya, akhirnya saya wujudkan di rumah sendiri. Sejujurnya, pada awalnya tidak pernah terbayang bagi saya kalau pada akhirnya saya memiliki kesempatan untuk merekam ibu mertua saya. Apalagi sampai berhari-hari. Hasil rekaman tersebutlah yang saya pergunakan sebagai bahan masturbasi di hari-hari selanjutnya. Khususnya, ketika saya dan isteri saya tidak dapat melakukan hubungan suami-isteri karena dia baru melahirkan. Tanpa saya sadari sepenuhnya, rekaman-rekaman tersebut justru membuat saya semakin tergila-gila pada ibu mertua saya. Bahkan ketika melihat rekaman yang menunjukkan belahan pantat beliau, yaitu ketika ia membungkuk mengambil sabun yang terjatuh, woww..., mantap!

Disuruh menciumi pantatnya pun rasanya saya mau melakukannya dengan senang hati. Pokoknya, menjadi semakin tergila-gila... Kira-kira satu minggu beliau menginap di rumah kami dan kemudian kembali ke rumahnya di Rawamangun. Setelah itu, tidak terlalu banyak perubahan atau kemajuan yang saya dapatkan. Paling-paling, koleksi video bertambah ketika lahir anak saya yang kedua. Itupun cuma satu hari beliau menginap di rumah kami. Tapi meskipun demikian aku merasa cukup puas dengan kehadiran ibu mertuaku di sampingku.

No comments: